Harga minyak masih di bawah harga pada akhir September, seminggu sebelum serangan Hamas
Houston (ANTARA) - Harga minyak mentah di pasar dunia pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) menguat di tengah kekhawatiran permintaan dan memudarnya risiko geopolitik.

Minyak mentah berjangka Brent naik 47 sen atau 0,59 persen ke posisi 80,01 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 41 sen atau 0,54 persen menjadi 75,74 dolar AS per barel.

Pada akhir perdagangan Kamis (9/11), komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga pada masa depan mengguncang harapan pasar saham dan minyak mentah akan permintaan yang kuat.

"Ada hambatan ekonomi makro yang mempengaruhi pasar saat ini," kata mitra Again Capital LLC John Kilduff.

Fundamental pasar mendominasi sentimen pedagang sepanjang Kamis (9/11) karena kekhawatiran akan gangguan pasokan di Timur Tengah telah mereda, kata wakil presiden dan kepala penelitian pasar minyak di S&P Global Commodity Insights Jim Burkhard.

Menurut Burkhard, perang Israel-Hamas memang memicu volatilitas dan membawa risiko tambahan, namun hal itu tidak mempengaruhi fundamental pasar minyak.

"Harga minyak masih di bawah harga pada akhir September, seminggu sebelum serangan Hamas. Fundamental pasar minyak yang kuat mengatasi segala ketakutan saat ini," ujar Burkhard.

Minyak Brent hampir mencapai 20 dolar AS per barel lebih rendah dari harga tertingginya pada September.

Data dari China pada Kamis (9/11) menunjukkan para pengambil kebijakan kesulitan mengendalikan disinflasi, sehingga menimbulkan keraguan atas peluang pemulihan ekonomi secara luas di negara konsumen komoditas terbesar dunia tersebut.

Pada awal minggu ini, data bea cukai menunjukkan bahwa total ekspor barang dan jasa China mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan.

Indikator permintaan juga menyiratkan kelemahan di Amerika Serikat

Persediaan minyak mentah AS meningkat 11,9 juta barel selama seminggu hingga 3 November, kata sumber yang mengutip angka dari American Petroleum Institute.

Jika terkonfirmasi, angka tersebut akan mewakili kenaikan mingguan terbesar sejak Februari. Namun Badan Informasi Energi (IEA) AS telah menunda rilis data persediaan minyak mingguan hingga 15 November karena adanya peningkatan sistem.

Namun, pasar global optimistis pada Kamis (9/11) karena keyakinan bahwa bank-bank sentral utama telah menyelesaikan kenaikan suku bunga mereka. Suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya pinjaman, sehingga mengurangi permintaan di pasar, termasuk minyak.

Baik OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) akan menyampaikan pandangan mereka mengenai keadaan fundamental permintaan dan pasokan minyak minggu depan.

OPEC akan bertemu pada akhir bulan ini untuk membahas kebijakan produksi untuk tahun 2024.


Baca juga: Minyak naik usai Arab Saudi-Rusia kurangi produksi hingga akhir tahun
Baca juga: Shell tuntut Greenpeace Rp32,8 miliar setelah aktivis menaiki kapalnya
Baca juga: Minyak turun di tengah kekhawatiran berkurangnya permintaan AS-China

Penerjemah: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023