Jakarta (ANTARA) - Organisasi nirlaba Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) didukung oleh Huawei serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menggelar seminar bertajuk “Transformasi Digital di Sektor Energi – Peluang dan Tantangan” dalam mencermati kewaspadaan terhadap ancaman serangan siber.

Seminar tersebut mengacu pada fakta bahwa teknologi maju berbasis digital telah memicu disrupsi model bisnis di berbagai sektor industri, tak terkecuali sektor energi. Sukses transformasi digital di sektor ini tak lepas dari pemanfaatan solusi-solusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan di sektor ini yang membawa perubahan besar dalam proses-proses produksi, transmisi, hingga konsumsi energi.

Transformasi digital membawa dampak yang luar biasa di sektor energi, terutama dalam mendukung peningkatan efisiensi operasional, pemangkasan biaya, peningkatan keselamatan kerja, pengolahan data, hingga ancaman serangan siber terhadap perusahaan di sektor yang tergolong sebagai salah satu infrastruktur vital di suatu negara.

Baca juga: BSSN siapkan tim untuk hadapi serangan siber saat pemilu

Berlandaskan pada situasi tersebut, Huawei berkomitmen untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sektor energi guna menghadirkan sistem keamanan digital yang mampu mengantisipasi ancaman serangan siber.

“Huawei menyadari pentingnya sistem keamanan siber dan memahami kekhawatiran dari sejumlah lembaga pemerintahan dan pelaku industri energi,” ujar Huawei Asia Pacific ICT Solution CTO Victor Lapian lewat keterangan tertulis, Kamis (9/11).

Meski demikian, Victor melanjutkan, pihaknya tidak dapat bergerak sendiri. Huawei siap bekerja sama dengan lembaga pemerintah, pelaku industri, akademisi dan mitra lain yang dapat berkontribusi dalam mengantisipasi ancaman serangan siber. Menurut Victor, Huawei berkomitmen terhadap penciptaan ruang digital yang aman dan nyaman di Indonesia.

Sementara itu Direktur Keamanan Siber dan Sandi Energi dan Sumber Daya Alam BSSN Holmi Noviana mengatakan bahwa peningkatan kewaspadaan terhadap aspek keamanan siber menjadi tanggung jawab bersama para pemangku kepentingan terutama dalam mendukung transformasi digital dan perlindungan informasi vital di sektor energi.

“Pengalaman dan solusi TIK Huawei dapat membantu pelaku sektor energi memperkuat sistem keamanan siber,” kata Holmi.

Baca juga: Butuh ilmu berbeda cegah peretas dan pembobol

Sedangkan Pendiri dan Ketua PJCI Eddie Widiono mengatakan bahwa seminar tersebut telah berhasil memantapkan kesamaan pandangan mengenai perlunya kolaborasi erat di antara para pemangku kepentingan guna memperluas jangkauan dan menjamin inklusivitas di sektor energi.

“Seminar ini juga sukses memperdalam pemahaman mengenai implementasi teknologi digital serta aspek proteksi terhadap serangan siber. Teknologi maju yang dikembangkan Huawei dapat digunakan sebagai salah satu pilar penyangga dalam upaya mengakselerasi digitalisasi sektor energi yang memberikan nilai tambah pada pengamanan dan keberlangsungan ekonomi digital,” papar Eddie.

Lebih lanjut Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno memberikan pendapat bahwa ekonomi digital melibatkan berbagai macam sektor industri yang memberikan peran dan kedalaman peran yang berbeda-beda.

“Sektor energi menjadi salah satu pilar penopang ekonomi digital yang sama pentingnya dengan pelaku industri TIK seperti Huawei dan lainnya dalam menciptakan ekosistem digital yang aman dan produktif,” tutur dia.

Hingga akhir semester I/2023, rasio elektrifikasi di Indonesia telah mencapai 99,72 persen atau melonjak tajam dari posisi 2015 sebesar 88,3 persen. Digitalisasi pada sektor energi akan mendukung upaya pemerintah melakukan pemerataan akses listrik di seluruh Indonesia dengan menciptakan efisiensi, efektivitas kinerja, serta kemampuan antisipasi terhadap ancaman serangan siber di sektor energi.

Baca juga: Waspada serangan siber dapat menimpa siapa saja

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023