Urumqi (ANTARA) - Di sebuah desa di China barat laut, mural-mural berwarna cerah menghiasi banyak rumah, yang menggambarkan seorang gadis dengan kostum tradisional Mongolia sedang memeluk seekor domba, seorang penggembala menuntun seekor unta berbulu cokelat tua, dan sejumlah domba yang sedang merumput di padang rumput atau menatap dengan penuh rasa ingin tahu ke arah orang-orang yang lewat.

Mural-mural yang berada di Desa Bogdal di wilayah Wenquan, Prefektur Otonom Etnis Mongol Bortala, Daerah Otonom Uighur Xinjiang tersebut memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan sehari-hari di bekas desa pastoral itu.

Di sepanjang jalan utama desa juga terlihat barang-barang tua, misalnya gerobak sapi, yang dijadikan sebagai elemen dekoratif.

Seorang wisatawan bermarga Jia yang baru pertama kali mengunjungi Bogdal, mengaku terkesan dengan suasana budaya yang unik di desa tersebut. "Berkeliling di sini membawa saya kembali ke masa kecil saya," kata Jia yang berasal dari Kota Tacheng di Xinjiang. "Benda-benda tua, seperti gerobak sapi, digunakan oleh keluarga kami ketika saya masih kecil."

Jia bukanlah satu-satunya wisatawan yang terpikat oleh pesona desa tersebut. Bahkan di penghujung musim gugur ini, ketika suhu di Bogdal terkadang turun hingga di bawah nol derajat Celsius, para wisatawan terlihat berswafoto atau berfoto bersama, dan mengantre untuk mencicipi makanan khas setempat.

Zhu Shengjuan, pemilik sebuah lahan wisata pertanian (agritainment) di Bogdal, sedang sibuk bersama karyawannya. Mereka menyiapkan makan siang untuk beberapa kelompok wisatawan.

Duduk di dalam yurt, tenda khas etnis Mongol atau Kazak, para pengunjung dapat menikmati hidangan lezat dari berbagai kelompok etnis, seperti kebab daging kambing panggang dan pilaf daging kambing tradisional. Pilaf merupakan hidangan pokok yang memadukan nasi putih, daging kambing, wortel, bawang bombai, dan terkadang buah-buahan kering.
 
Foto yang diambil dari udara pada 6 November 2023 ini memperlihatkan pemandangan Desa Bogdal di Prefektur Otonomi Mongolia Bortala, Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, China. (Xinhua/Zhao Chenjie)   

"Saya berharap makin banyak wisatawan dari luar Xinjiang dapat mengunjungi desa kami untuk merasakan budaya setempat serta menikmati makanan lezat," tutur Zhu.

Berkat kebijakan pendukung yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, dalam beberapa tahun terakhir, Bogdal, yang memiliki lingkungan alam unik, mengeksplorasi mode terpadu yang menggabungkan industri, budaya, dan pariwisata, dengan memanfaatkan sumber daya pariwisata.

Desa tersebut antara lain mengubah rumah-rumah kosong menjadi homestay khas serta mendirikan koperasi, sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat.

Pemerintah daerah juga berupaya meningkatkan infrastruktur desa dan meningkatkan layanannya. Bogdal tidak hanya membangun sejumlah fasilitas, seperti perpustakaan pedesaan dan lapangan memanah, tetapi juga meluncurkan tur edukasi dan layanan tamasya bagi wisatawan.

Berkat upaya-upaya tersebut, Bogdal telah berevolusi dari destinasi pastoral yang kurang dikenal menjadi pusat pariwisata pedesaan yang berkembang pesat. Penduduk desa itu kini memperoleh penghasilan dari berbagai sektor terkait pariwisata, termasuk akomodasi dan katering, langsung di rumah mereka.

Imaneli Doledar yang dulunya bekerja sebagai koki di Urumqi, ibu kota Daerah Otonom Uighur Xinjiang, kembali ke desa tersebut pada 2014 untuk memulai bisnisnya sendiri.

Pada tahun yang sama, dia mengubah halaman rumahnya menjadi beberapa homestay, yang menyediakan akomodasi bagi wisatawan sekaligus menawarkan hidangan khas setempat. Dia juga membantu penduduk desa lainnya mempelajari keterampilan kuliner.

Tahun ini, desa tersebut dikunjungi oleh lebih dari 5.000 wisatawan setiap harinya saat musim puncak liburan. Pada 2022, pendapatan bersih per kapita penduduk desa melampaui 20.000 yuan atau sekitar 2.787 dolar AS.

"Kami akan terus mengembangkan bentuk-bentuk pariwisata baru agar kian banyak masyarakat mengetahui budaya Bogdal," kata Aygul Jumata, ketua Partai di desa tersebut. "Melalui pengembangan pariwisata, penduduk desa tidak hanya dapat bekerja di rumah mereka, tetapi juga mengalami peningkatan pendapatan dan menjalani kehidupan yang baik."
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023