Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan nilai tukar rupiah yang mulai mengalami apresiasi setelah adanya kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi serta kebijakan tappering off atau penurunan stimulus moneter oleh bank sentral Amerika The Fed, akan mendorong arus masuk modal asing.

"Gerakan rupiah yang menguat dengan yield SBN (Surat Berharga Negara) yang cukup tinggi, kami meyakini akan mendorong arus masuk modal asing," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Menurut Perry, dengan kebijakan The Fed tersebut, justru mengurangi spekulasi yang terjadi di pasar dan pihaknya meyakini fenomena penarikan modal (capital reversal) tidak akan banyak terjadi lagi.

"Yang kelihatan pemodal asing yang khususnya jangka panjang itu sudah mulai beli SBN. SBN kita itu yieldnya sudah sangat menarik, sepuluh tahun itu sudah tujuh persen," ujar Perry.

Perry menuturkan, dengan kurs dan gerakan rupiah saat ini yang apresiasi ke depan, akan mendorong pemodal mendapatkan currency yield.

Sehingga saat ini, lanjutnya, merupakan waktu yang tepat bagi para investor untuk membeli SBN dengan yield yang tinggi. Rupiah yang arahnya mengalami apresiasi juga tentu saja akan membuat investor mendapatkan yield yang cukup tinggi dan currency gain (perolehan pendapatan).

Ia juga kembali mengingatkan, isu mengenai tappering off bukan isu baru karena sudah terjadi sejak tiga atau empat minggu lalu dan dampak dengan adanya capital reversal sendiri telah terjadi.

"Pemodal asing itu sudah menarik dananya dari negara kawasan termasuk Indonesia baik dari SBN maupun saham. Minggu lalu totalnya Rp34 triliun totalnya, sekarang sekitar Rp38 triliun," kata Perry.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013