Oleh Huawei Indonesia Newsroom

Surakarta (ANTARA) - Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) sukses menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bertajuk 'Percepatan Ekosistem 5G untuk Visi Indonesia Digital 2030 & 2045’ yang berlangsung di Solo Technopark, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada akhir Oktober lalu. Pertemuan ini memberikan kesempatan kepada semua pemangku kepentingan untuk berdialog mengenai peluang, tantangan, dan solusi untuk mengakselerasi penggelaran jaringan nirkabel masa depan 5G di Tanah Air.

KTT 5G Mastel ini menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi beserta jajaran Kementerian Kominfo sebagai regulator, kemudian Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Turut hadir Wali Kota Solo Gibran Rakabuming, Herlan Wijanarko, Direktur Network & IT Solution PT Telkom Indonesia Tbk, Raka Adiwinahyu Basuki Sigit, Direktur Sales Telkomsel, Peng Song, Corporate Senior Vice President, President of ICT Strategy & Marketing, Huawei, serta perwakilan dari vendor, operator, dan juga para akademisi.

KTT 5G Mastel juga menyepakati dan mengumumkan sebuah konsensus bersama untuk percepatan implementasi 5G di Tanah Air. Dalam sambutannya, Menkominfo Budi Arie Setiadi menjelaskan, untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, yang akan menempatkan Indonesia di jajaran lima besar ekonomi global, diperlukan sejumlah faktor pendorong. Salah satunya jaringan internet cepat yang mampu memenuhi kebutuhan pelaku ekonomi di era digital.

“Untuk mencapai visi tersebut terkait infrastruktur 5G di Indonesia, kami fokus untuk memastikan pemerataan cakupan dan konektivitas internet berkecepatan tinggi yang berkualitas di seluruh Indonesia. Inisiatif bersama yang kami lakukan hari ini yang mempertemukan seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem 5G sangat penting untuk mendorong kolaborasi multisektor yang lebih luas dalam mempercepat transformasi digital dan membantu memacu pertumbuhan ekonomi digital,” kata Budi.

Model Bisnis Terbaik Untuk Percepatan Jaringan 5G

Kominfo mengakui, terdapat sejumlah tantangan yang perlu dibahas dengan pelaku industri dan perwakilan asosiasi TIK terkait isu 5G, seperti regulasi, alokasi spektrum 5G, izin spektrum, biaya penggunaan, insentif, serta standar teknis yang mendukung ketersediaan 5G di Indonesia. Saat ini, berdasarkan data Kominfo, layanan 5G komersial telah ada di 49 kota.

Untuk mempercepat dan memperluas penggelaran jaringan 5G, Kominfo tengah menyiapkan skema insentif kepada operator seluler sehingga dapat menempatkan jaringan 5G sebagai pendongkrak kecepatan internet di Indonesia yang saat ini rata-rata berkisar 23 megabit per detik (MBPS). "Kami juga tahu bahwa penggelaran jaringan 5G memerlukan investasi besar. Jadi, kami terbuka untuk menerima masukan dari penyelenggara telekomunikasi, untuk mendorong model bisnis yang berkelanjutan," ujar Budi Arie Setiadi.

Sementara itu, Sarwoto Atmosutarno, Ketua Umum Mastel menjelaskan, perencanaan alokasi spektrum guna mendukung 5G dan infrastruktur full-fiber untuk mempercepat pengembangan ekosistem 5G harus didefinisikan ulang agar selaras dengan perkiraan permintaan dan kebutuhan industri, sehingga dapat menjadi penghasil pendapatan bagi industri dan kesejahteraan masyarakat.

Benchmark dan use case global juga penting untuk diadopsi di Indonesia sesuai dengan kebutuhan dan sasaran strategis,” ujar Sarwoto, seraya menambahkan bahwa penggunaan 5G untuk memonetisasi infrastruktur TIK dan meningkatkan pertumbuhan bisnis industri juga harus selaras dengan sasaran strategis TIK nasional dalam rangka akselerasi transformasi digital.

Para analis memperkirakan bahwa investasi bisnis di Indonesia akan meningkat sebesar Rp591 triliun dan Rp719 triliun pada tahun 2030 dan 2035, masing-masing jika jaringan konektivitas 5G dan full-fiber telah diimplementasikan sepenuhnya.

Insentif Penggerak Penggelaran Jaringan 5G

Pemberian insentif dan skema pembayaran kepada operator untuk mempercepat penggelaran jaringan 5G sudah lumrah dilakukan di negara lain. Sebagai contoh, regulator penyiaran dan telekomunikasi Thailand, National Broadcasting and Telecommunications Commission (NBTC) telah melakukan lelang spektrum 5G pada 2019 lalu untuk mendukung komersialisasi jaringan 5G pada 2020. Pada aturan lelang spektrum 700MHz, para pemenang diberikan kesempatan untuk mencicil sebanyak 10 kali dengan nilai pembayaran per termin ditetapkan sebesar 10 persen dari harga lelang. Pemberian insentif bertujuan agar operator memiliki ruang yang besar dalam pos belanja modal untuk meningkatkan kualitas layanan dan mampu mengadopsi maupun mengembangkan teknologi telekomunikasi baru.

Dengan kata lain, pemberian insentif pemerintah dapat menjaga kecepatan ekspansi 5G di Tanah Air agar tidak melambat atau stagnan. Operator dapat mempercepat penambahan base transceiver station (BTS) sebagai salah satu infrastruktur penting penunjang 5G. Sebab, kontribusi segmen seluler terbilang cukup besar dalam membentuk pendapatan operator seluler di Indonesia pada saat ini. Sebagai informasi, Telkomsel telah mengoperasikan 470 BTS 5G hingga akhir Kuartal III/2023. Jumlah BTS 5G Telkomsel bertambah 107 unit dibandingkan Kuartal III/2022.

Direktur Sales Telkomsel Adiwinahyu Basuki Sigit mengatakan, “Sebagai perusahaan telekomunikasi digital yang menjadi penyedia jaringan dan layanan 5G pertama di Indonesia, dalam upaya mencapai Visi Digital Indonesia 2030 dan 2045, Telkomsel berkomitmen untuk mengambil peran terdepan dalam mengembangkan dan memperkuat ekosistem layanan 5G di Indonesia. Kami akan mendorong pemanfaatan seluruh keunggulan aset infrastruktur, teknologi terkini, dan talenta digital yang kami miliki untuk terus membuka lebih banyak peluang kolaborasi dengan pemerintah, mitra di industri telekomunikasi, akademisi dan masyarakat.

Ia menambahkan, “Dengan Semangat Indonesia, kami bertekad untuk terus menghadirkan terobosan layanan 5G yang inovatif, melalui sinergi yang juga telah dibangun bersama Mastel dan seluruh pemangku kepentingan, agar dapat mengakselerasikan masa depan digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh bangsa Indonesia.”

Efek Ekspansi Komersialisasi Layanan 5G

Berdasarkan laporan International Data Corporation (IDC), jumlah pengiriman smartphone 5G ke Indonesia mengalami penurunan imbas penggelaran infrastruktur 5G yang terbilang belum optimal. Penurunan tercatat sebesar 4,3% secara tahunan. Ini merupakan penurunan pertama pengiriman ponsel pintar 5G ke Indonesia sejak 2020 silam. IDC menilai, ketersediaan jaringan 5G dengan cakupan layanan yang luas akan menciptakan lonjakan permintaan smartphone dan device pintar lain yang mendukung 5G. Sebab, para pengguna telah menangkap sinyal keseriusan operator memperkuat layanan 5G mereka.

Ekspansi layanan 5G yang cepat dan mampu menjangkau lebih banyak daerah di Indonesia akan memberikan efek bola salju yang menguntungkan banyak pihak. Selain operator, produsen ponsel pintar yang mendukung 5G juga akan menikmati manfaat positif, terutama dari sisi penjualan. Dengan demikian, tingkat penetrasi ponsel pintar 5G dapat meningkat secara signifikan.

Peran Huawei Sebagai Penyedia TIK

Berbicara pada acara KTT 5G Mastel, Peng Song, Senior Vice President Corporate dan President ICT Strategy & Marketing Huawei menceritakan, mengenai perkembangan 5G terkini di seluruh dunia dalam hal penerapan jaringan, pengembangan pengguna, pembangunan ekosistem, pengalaman digital, aplikasi industri, dan nilai bisnis. Keberhasilan Indonesia di bidang 4G dan pencapaian operator global yang memelopori 5G telah meletakkan landasan yang kuat bagi perkembangan 5G di Indonesia.

Peng Song merekomendasikan agar Indonesia mempercepat peluncuran 5G sehingga bisa merasakan manfaat besar yang dibawa oleh 5G sebelumnya. Selama 40 tahun terakhir, terobosan teknologi telah berulang kali mendukung upaya pemulihan selama krisis ekonomi global. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara telah menggunakan investasi infrastruktur TIK untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.

Peng Song menyampaikan, bahwa “Dalam dunia fisik, kereta berkecepatan tinggi Whoosh baru-baru ini diluncurkan untuk membantu mendorong restrukturisasi ekonomi dan pertumbuhan PDB di Indonesia. Di dunia digital, 5G memainkan peran serupa. Selain memungkinkan peningkatan besar dalam pengalaman digital bagi konsumen, 5G dan teknologi digital lainnya seperti komputasi awan dan IoT semakin diintegrasikan ke dalam ekonomi riil untuk menciptakan nilai ekonomi yang lebih besar. Investasi pada kereta api berkecepatan tinggi menghasilkan keuntungan dan nilai finansial tambahan. Demikian pula, investasi pada 5G akan memberikan keuntungan lebih besar dan menciptakan nilai lebih besar bagi babak baru pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” ujar Peng.

Selama berlangsungnya KTT, Huawei menampilkan sederet kegunaan (use case) 5G, seperti ‘5G Giga Experience’ yang bekerjasama dengan Telkomsel untuk menampilkan jaringan 5G di Solo Technopark dengan kecepatan puncak mencapai 10 kali lebih cepat dari jaringan 4G. Selain itu, Huawei bekerjasama dengan Mastel TV dan Telkomsel menampilkan ‘5G Smart Live Broadcast’ untuk mengeksplorasi smart broadcast dengan dukungan jaringan 5G ultra broadband. Kerja sama dengan Telkomsel juga dilakukan oleh Huawei dalam menghadirkan layanan FWA untuk mendukung device pendukung konsep Smart Home melalui tajuk ‘5G Fixed Wireless Access (FWA).’ Satu yang tak kalah menyita perhatian khalayak adalah demonstrasi ‘5G VR/AR in Smart Solo,’ yang menggambarkan bagaimana teknologi 5G menjadi katalis dalam mendukung terwujudnya pariwisata cerdas (smart tourism) di Solo di masa kini dan nanti.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023