PLTS Terapung Cirata merupakan proyek strategis nasional (PSN) hasil kolaborasi dua negara yakni Indonesia dan Uni Emirat Arab
Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) menyebutkan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat, akan mampu mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton CO2 per tahun.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, dalam keterangannya di Jakarta, Senin, menjelaskan PLN mengembangkan green enabling transmission line dan smart grid yang merupakan bagian dari skema ARED (Accelerating Renewable Energy Development) di PLTS Terapung Cirata.

Dengan hal tersebut, PLTS Terapung Cirata, yang merupakan PLTS terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia itu, mampu menyuplai listrik dari sumber energi baru dan terbarukan (EBT) yang terpisah dan terisolir menuju pusat kebutuhan listrik di perkotaan.

"Listrik dari PLTS Apung Cirata ini adalah 20 kilovolt (kV) yang kemudian kami sambungkan di gardu induk, yang kemudian diubah menjadi 150 kV dan langsung masuk ke transmisi Jawa-Bali. Artinya, ini akan dikonsumsi baik itu oleh rumah tangga maupun oleh industri," jelasnya.

Darmawan menegaskan PLN berkomitmen terus mengakselerasi transisi energi di Tanah Air dengan meningkatkan bauran EBT hingga 75 persen atau setara dengan 61 GW sampai 2040.

Melalui ARED, pihaknya menargetkan penambahan bauran EBT secara signifikan masuk ke dalam sistem PLN, yakni dari air sebesar 25,3 GW, panas bumi sebesar 6,7 GW, serta surya dan angin sebesar 28 GW.

"Transisi energi ini sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga momentum pembangunan ekonomi yang pesat, mempercepat pertumbuhan, membangun kapasitas nasional, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan pada saat yang sama, menjaga lingkungan," kata Darmawan.

PLTS Terapung Cirata merupakan proyek strategis nasional (PSN) hasil kolaborasi dua negara yakni Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA), yang melibatkan Subholding PLN Nusantara Power dan Masdar.

Dibangun di atas permukaan air, Waduk Cirata, PLTS seluas 200 hektare ini mampu memproduksi energi hijau berkapasitas 192 megawatt peak (MWp) untuk menyuplai listrik bagi 50 ribu rumah.

Melihat luas Waduk Cirata hingga lebih dari 6.200 hektare, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif optimis kapasitas produksi PLTS Terapung Cirata masih bisa dioptimalkan hingga 1,2 Gigawatt peak (GWp).

"Kapasitas PLTS Terapung Cirata masih bisa dikembangkan lebih besar lagi, dengan total potensi maksimum mencapai sekitar 1,2 GWp apabila memanfaatkan 20 persen dari luas total waduk Cirata," tutur Arifin

Direktur Utama PLN Nusantara Power (NP) Rully Firmansyah merinci PLTS Terapung Cirata 193 MWp ini dapat memasok listrik ke 50 ribu rumah dengan asumsi per rumah 15 kwh/hari. Selain itu, akan berkontribusi mengurangi emisi karbon sebesar 586,3 ton per hari.

"Jadi, dalam setahun akan mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun. Ini merupakan komitmen kami untuk menyalurkan listrik yang hijau kepada masyarakat secara berkelanjutan," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Sugeng Suparwoto mengapresiasi PLTS Terapung Cirata yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 9 November lalu.

"Dengan komposisi kepemilikan 51 persen adalah PLN, 49 persen adalah Masdar, ini sekaligus untuk menjadi semacam best practice bagaimana pengelolaan PLTS dalam skala cukup besar," ucapnya.

Peresmian ini, katanya, merupakan tanda keseriusan negara dalam mengakselerasi energi terbarukan di Tanah Air.

"Ini menandai bahwa memang kita semuanya komitmen serius betul untuk mengembangkan green renewable energy," ujar Sugeng.

Baca juga: Presiden Jokowi: Pemanfaatan "smart grid" listrik harus dioptimalkan
Baca juga: Kementerian ESDM bakal replikasi PLTS Terapung Cirata di lokasi lain
Baca juga: Presiden resmikan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023