Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan semua skema riset RI-Australia tahap kedua bersifat terbuka, bukan hanya bagi periset BRIN, melainkan juga semua kalangan termasuk perguruan tinggi, lembaga riset, komunitas ilmiah, maupun masyarakat akademis.

“Bahkan periset BRIN kami perlakukan sebagai periset luar juga, sama persis, jadi tidak boleh di salah pahami,” kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara peluncuran program kemitraan kolaborasi pengetahuan dan inovasi Australia-Indonesia (Koneksi) di Jakarta, Senin.

Meski dibuat dalam skema terbuka, namun dirinya mengatakan bahwa program riset yang dilaksanakan tetap menerapkan prinsip top down, di mana proses pengambilan keputusan terjadi di tingkat teratas kemudian dikomunikasikan ke seluruh tim.

Ia mengatakan bahwa 50 persen dari program besar riset dan inovasi di top down atau ditentukan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), kemudian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), serta dari presiden secara khusus terkait pangan dan kesehatan.

Baca juga: BRIN: Kegiatan antropogenik picu kebakaran hutan dan lahan

Baca juga: BRIN ungkap temuan berharga mamalia yang hilang 62 tahun


“Jadi program-program yang sangat spesifik kami top down, tetapi yang melaksanakan itu akan dikompetisikan,” katanya.

Sejumlah program riset prioritas dan khusus, ujarnya, dipastikan akan dilaksanakan dan dilakukan oleh orang-orang periset terbaik dan memiliki proposal yang sounding.

“Jadi proposalnya excellent, dia mempunyai rekam jejak terbaik dan kuat di bidangnya, itu kami lihat, dari dua sisi ini kami lihat,”

Dalam pengambilan keputusan siapa yang akan melakukan riset-riset program khusus, kata dia, akan ditentukan langsung oleh BRIN bersama mitra terkait lainnya.

“Ketika banyak yang mempertanyakan kenapa yang dikasih orang luar, dan bukan orang BRIN aja yang dikasih, ya, kami hanya bisa menjawab bahwa sebagian dari mereka memang masih ada belum bagus jadi perlu dicoba lagi risetnya,” ucapnya.

Dirinya juga memastikan bahwa Australia sebagai mitra global peluncuran "Koneksi" tahap kedua akan mendapatkan proposal terbaik dan dieksekusi oleh tim periset yang juga memiliki rekam jejak kuat sesuai bidangnya.

Utamanya di bidang transformasi digital, kesehatan, ketahanan pangan, dan energi yang berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi di kedua negara pasca terjadinya pandemi COVID-19.

“Dengan itu kami mengundang seluruh periset di Indonesia baik itu di kampus, di industri, periset di BRIN juga bisa mengajukan proposal, dan kami tetap menerima proposal sepanjang tahun tanpa batasan waktu, karena anggaran yang ada juga bersifat multi years,” kata Laksana.*

Baca juga: BRIN sebut pemilihan varietas padi pengaruhi emisi metana

Baca juga: BRIN ungkap potensi kacang lokal sebagai pengganti kedelai


Pewarta: Cahya Sari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023