Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan peran sosial budaya menjadi aspek penting dalam pendekatan holistik untuk mencegah penyakit menular di masyarakat.
 
"Peran utama sosial budaya dalam pencegahan penyakit menular adalah meningkatkan kesadaran dan juga pengetahuan masyarakat," kata Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Indi Dharmayanti dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Kamis.
 
Indi mengatakan pendidikan berbasis budaya dapat memahami risiko penyakit, metode penularan dan langkah-langkah pencegahan yang efektif, karena pencegahan penyakit menular perlu memperhitungkan keragaman budaya dalam populasi.
 
Menurutnya, strategi yang dihasilkan melibatkan komunitas lokal dan menghormati praktik dalam budaya tradisional yang dapat diterima dan berkelanjutan.
 
"Mempromosikan kesehatan dengan memahami dan menghormati kepercayaan, nilai-nilai, dan norma budaya dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program-program pencegahan," ujar Indi.
 
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa keterlibatan aktif komunitas dalam upaya pencegahan penyakit menular memiliki dampak positif yang besar.
 
Pemberdayaan kelompok-kelompok sosial atau masyarakat yang berfokus pada pencegahan dapat meningkatkan pemahaman bersama, mendukung satu sama lain, dan menggalang sumber daya lokal.
 
Partisipasi masyarakat juga dapat memperkuat pengawasan dan tanggapan yang cukup cepat terhadap potensi penyebaran penyakit.
 
Dalam memahami dan memanfaatkan peran sosial budaya dalam pencegahan penyakit menular dapat dihasilkan strategi pencegahan yang lebih baik, berkelanjutan, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.
 
"Sinergi antara aspek sosial budaya dan ilmu kesehatan dapat membentuk fondasi yang kuat untuk melawan ancaman penyakit menular dalam masyarakat," ucap Indi.
 
Saat ini negara Indonesia sedang menghadapi triple burden berbagai masalah penyakit. Kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan tersebar dari Sabang sampai Merauke menjadi salah satu tantangan besar dalam upaya penanganan berbagai penyakit menular.

Baca juga: Pakar sebut gaya hidup yang buruk sebabkan pergeseran tren diabetes
 
 
Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Wahyu Nugraheni mengatakan pengendalian penyakit secara holistik memerlukan pola kebijakan yang terintegrasi dengan segala aspek terkhusus sosial-budaya.
 
Menurutnya, sosial budaya turut berperan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Deveopment Goals (SDGs).
 
"Sebagai bagian dari upaya mengarusutamakan kelompok suku asli dan masyarakat daerah tertinggal dalam pencegahan dan penanganan penyakit menular..., aspek sosial budaya berperan penting dalam status kesehatan masyarakat," kata Nugraheni.
 
Demografer Universitas Macquarie Australia Salahudin Muhidin mengungkapkan bahwa kesehatan tidak hanya secara fisik tetapi juga mental, dan ini bisa dilihat dari multi dimensi.
 
Aspek sosial, budaya, dan kesehatan memiliki keterkaitan dalam mencapai target SDGs, termasuk dalam hal action research, capacity building training, dan creative residency.
 
"Sosial dan budaya sangat berperan dalam kesehatan. Banyak kontribusi yang bisa kita lihat dari berbagai studi yang menggunakan metodologi terhadap kesehatan lokal ataupun preventif kesehatan sampai akhirnya ke evaluasi ataupun kebijakan pembangunan," pungkas Muhidin.

Baca juga: Pakar: 70 persen orang Indonesia tak sadar dirinya mengidap diabetes
Baca juga: Kemenkes: Diabetes dan turunannya sebabkan pembiayaan JKN meningkat
Baca juga: Kemenkes: Deteksi dini bantu cegah risiko penyakit tidak menular

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023