Yogyakarta (ANTARA) - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Daerah Istimewa Yogyakarta menangkap seorang mahasiswa berinisial RAN (19), tersangka penyebar hoaks atau kabar bohong soal kasus dugaan kekerasan seksual di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Direktur Reskrimsus Polda DIY Komisaris Besar Polisi Idham Mahdi saat konferensi pers di Mapolda DIY, Senin, menuturkan pengungkapan kasus yang menjerat RAN bermula dari unggahan di sosial media X dengan akun @UNYmfs tentang adanya kekerasan seksual yang dialami mahasiswa baru di UNY pada 10 November 2023.

"Yang bersangkutan beserta keterangannya telah mengakui perbuatannya bahwa yang bersangkutan adalah yang mem-posting di akun @UNYmfs," katanya.

Idham menuturkan kabar dugaan kekerasan seksual di Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) UNY menjadi perhatian Polda DIY setelah muncul unggahan di akun X (Twitter) @UNYmfs yang viral dan mendapat banyak komentar pada 10 dan 11 November 2023.

Unggahan itu berupa tangkapan layar disertai tulisan oleh mahasiswa baru berupa penyesalan telah berkuliah di universitas tersebut lantaran sudah dilecehkan oleh salah satu pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNY.

Baca juga: Polisi cari penyebar berita hoaks penangkapan Ustadz Abdul Somad

Dalam unggahan itu, mahasiswa tersebut mengaku sempat ingin bunuh diri sebab tidak kuat dengan peristiwa yang dialami.

Dalam unggahan selanjutnya, pihak mahasiswa baru yang belakangan pengunggahnya adalah RAN menyebutkan nomor induk mahasiswa MF yang dinarasikan sebagai pelaku kekerasan seksual itu.

Polisi berupaya mencari korban tersebut, namun tidak kunjung menemukan.

"Sampai dengan siang hari ini yang diduga menjadi korban dalam posting-an tersebut belum dapat kami temukan dan juga belum ada yang melapor," kata Idham.

Berikutnya, pada 12 November 2023, Polda DIY menerima laporan dari MF (21) sebagai korban yang merasa dirugikan atas unggahan itu.

Dengan dasar laporan tersebut, polisi melakukan penyelidikan dan memeriksa sejumlah saksi dan hasilnya diketahui bahwa unggahan pada akun X @UNYmfs dikarang dan disebarkan oleh RAN dengan menggunakan akun palsu @AkunSambatUeu.

Dari hasil pemeriksaan barang bukti telepon genggam milik tersangka, polisi menemukan @AkunSambatUeu dan email yang tertaut pada akun X tersebut.

Baca juga: Polisi pulangkan penyebar hoaks ibu gorok leher anak

Idham menuturkan motif RAN menyebarkan hoaks karena sakit hati lantaran tidak diterima di salah satu komunitas mahasiswa di UNY, sementara MF yang satu fakultas dengannya diterima.

"Motifnya adalah sakit hati karena pada saat itu saudara RAN mendaftar di salah satu komunitas mahasiswa dia ditolak, sedangkan saudara MF diterima," kata dia.

Selain itu, RAN juga mengaku sakit hati karena saat menjadi panitia acara festival politik, MF menegurnya lewat WhatsApp.

Atas perbuatannya, RAN dijerat dengan Pasal 45A ayat (1) jo Pasal 28 ayat (1) dan/atau Pasal 45 ayat (3) jo Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Pasal 14 ayat (1) dan/atau ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana dengan ancaman maksimal 10 tahun penjara.

Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sumber Daya FMIPA UNY Ali Mahmudi menyatakan bersyukur setelah kasus yang sempat viral di media sosial sudah terungkap dan menegaskan hingga kini tidak ada korban kekerasan seksual di UNY.

"Berarti berita itu informasi masih hoaks. Sementara disimbolkan begitu, tentu kami senang dan sedih andaikan ada mahasiswa kami terlibat itu tapi prinsip kami adalah menjunjung bahwa proses hukum itu harus ditegakkan," kata Ali.

Baca juga: Pemerintah tegaskan tindak akun penyebar hoaks

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023