San Francisco (ANTARA) - Pertemuan mendatang antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden harus mendorong upaya dalam "menstabilkan hubungan" antara kedua perekonomian terbesar di dunia tersebut, kata seorang pakar AS.

"Mereka tentu memiliki agenda sangat kompleks yang harus diselesaikan oleh kedua pihak. Namun yang pertama dan terpenting, mereka harus mencari cara untuk menstabilkan hubungan," kata Denis Simon, salah satu akademisi terkemuka dari Institute for China-America Studies, dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Xinhua.

Simon juga merupakan seorang profesor Bisnis dan Teknologi Global di University of North Carolina Chapel Hill sekaligus direktur eksekutif Pusat Kebijakan Inovasi di Fakultas Hukum Duke University.

"Harus ada kejelasan yang lebih besar mengenai jalan mana yang kita ambil, ke mana tujuan kita, dan bagaimana kita akan mencapai hubungan jangka panjang yang dapat diterapkan antara kedua negara," kata Simon.

Dia pun menyuarakan harapan bahwa kebijaksanaan dan kepemimpinan kedua kepala negara tersebut dapat menghadirkan "hari esok yang lebih baik."

"Menjadi kewajiban bagi kedua negara dan para pemimpinnya untuk menemukan jalan ke depan guna mengurangi ketegangan dan agar warga kedua negara dapat memperoleh manfaat dari keterlibatan kedua pemerintah," ujarnya.

Simon menyuarakan harapan bahwa tanda-tanda positif yang baru-baru ini terjadi dalam hubungan AS-China dapat "mengarah pada hubungan yang lebih baik."

"Fakta bahwa terjadi dialog (di antara) para pemimpin senior merupakan hal yang baik," kata Simon.

Dia menambahkan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh berbagai pejabat senior dari kedua negara merupakan indikasi "sesuatu yang positif sedang terjadi."

"Dan sinyal-sinyal itu mereka sampaikan ke masyarakat umum," ujarnya.
 
   File foto yang disediakan oleh Philadelphia Orchestra menunjukkan para musisi dalam orkestra yang melakukan konser di Beijing selama perjalanan pertama mereka ke China pada 1973. (Xinhua)


Simon juga mengatakan pertukaran antarmasyarakat antara kedua negara telah menunjukkan momentum yang kuat, menyebut kunjungan Philadelphia Orchestra ke China saat ini sebagai "pertanda yang sangat baik."

Philadelphia Orchestra pertama kali berkunjung ke China pada awal 1970-an. "Ini merupakan pengalaman positif pada 1970-an, saya pikir kali ini akan menjadi pengalaman yang sangat bagus lagi."

Simon memiliki lebih dari 40 tahun pengalaman belajar dan bekerja di China. Dari 2015 hingga 2020, dia menjabat sebagai Wakil Rektor Eksekutif Universitas Duke Kunshan di Provinsi Jiangsu.

"Saya sangat percaya pada diplomasi antarmasyarakat. Saya rasa jika kita melihat hubungan AS-China selama lebih dari 40 tahun terakhir, dimensi antarmasyarakat telah berkembang jauh melampaui apa yang dibayangkan siapa pun juga," tutur Simon.

Hubungan di antara universitas, lembaga pemikir, lembaga penelitian, perusahaan, serta organisasi budaya, seni, sastra, dan musik semuanya telah menjadi "bagian penting dari hubungan tersebut," kata Simon.

"Mereka semua telah menjadi bagian dari perekat yang menyatukan kedua negara, bahkan saat situasi politik sedang sulit," imbuhnya.

Dia juga menyerukan pembaruan Perjanjian Kerja Sama Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang awalnya ditandatangani pada 1979 dan baru-baru ini diperpanjang.

"Saya berharap perjanjian ini dapat diperbarui," ujarnya dan menambahkan bahwa penambahan poin-poin baru pada dokumen tersebut akan memberikan kenyamanan yang lebih besar bagi kedua pihak.

Menjunjung tinggi sikap optimistis dan hati-hati terhadap hubungan saat ini, dia menuturkan: "Masa depan terbaik akan segera datang."

"Terkadang ada hambatan besar yang mengadang. Namun saya optimistis ... ada masa depan yang lebih cerah, bekerja sama alih-alih tetap terasing dari satu sama lain," lanjut Simon.

Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023