Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendesak dilaksanakannya gencatan senjata di Lebanon dan Gaza serta pembentukan pasukan pemeliharaan perdamaian yang disponsori PBB. "Perlu segera dilaksanakan gencatan senjata," kata Yudhoyono dalam jumpa pers di Kantor Kepresidenan Jakarta, Selasa sore, usai mengadakan pertemuan dengan tujuh duta besar serta tiga kuasa usaha ad interim negara Arab. Para dubes itu berasal dari Maroko, Lebanon, Persatuan Emirat Arab, Mesir, Turki, Palestina serta Iran. Sementara itu, Yordania, Arab Saudi serta Suriah diwakili kuasa usaha ad interim. Dalam pertemuan itu, Presiden Yudhoyono didampingi Menko Polhukam Widodo AS, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, serta Penasejat Khusus Bidang Luar Negeri Ali Alatas. Presiden Yudhoyono mengatakan, Masyarakat Internasional harus mencari jalan keluar untuk mengatasi konflik senjata tersebut serta menyelamatkan jiwa orang-orang yang tidak berdosa. "Apabila gencatan senjata dapat diberlakukan, maka gencatan senjata itu harus diawasi," kata Yudhoyono sambil menyebutkan gencatan senjata yang diikuti pembentukan pasukan perdamaian itu disponsori oleh PBB. Pada jumpa pers yang dihadiri ketujuh Dubes dan tiga diplomat senior itu, Presiden mengatakan, bisa saja gencatan senjata dan pembentukan pasukan pemelihara perdamaian PBB itu tidak terbentuk. "Kalau hal tersebut tidak bisa diputuskan PBB maka Dewan Keamanan PBB memerlukan mekanisme lain yaitu menyelenggarakan sidang khusus Majelis Umum PBB," katanya. Untuk mewujudkan pasukan pemeliharaan perdamaian itu, Indonesia telah menyiapkan satu batalyon TNI. Langkah ketiga yang diharapkan Indonesia adalah bantuan kemanusiaan dapat terus dilaksanakan. "Indonesia menyiapkan satu juta dolar AS untuk bantuan kemanusiaan itu," kata Presiden. Hal keempat yang diinginkan Indonesia adalah karena telah terjadi pertempuran atau konflik bersenjata maka diperlukan rekonstruksi. Langkah kelima adalah proses perundingan politik dilanjutkan untuk mencapai penyelesaian yang adil dan damai.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006