Tak ada kehidupan, tak ada air, tak ada listrik. Kami bertahan dengan beberapa kantung tepung yang ditinggalkan mereka yang pergi sebelum kami
Kota Gaza, Palestina (ANTARA) - Situasi di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza barat sangat mengerikan yang bahkan "lebih menantang ketimbang maut" mengingat tidak tersedianya kebutuhan minimal untuk menunjang kehidupan, kata seorang pengungsi Gaza memberikan kesaksian pada Selasa.

"Saya mengungsi di RS Al-Shifa sekitar sejam lalu, dan kami menjadi tiga kali menjadi sasaran tank-tank Israel, yang menyebabkan korban jiwa," kata Joudat Al-Madhoun kepada Anadolu.

Dia mengisahkan situasi di dalam rumah sakit itu yang disebutnya lebih menantang ketimbang maut. "Tak ada kehidupan, tak ada air, tak ada listrik. Kami bertahan dengan beberapa kantung tepung yang ditinggalkan mereka yang pergi sebelum kami," kata Madhoun.

Dia mengaku baru saja makan setelah berpuasa dan menahan lapar selama 24 jam. "Ini situasi yang dirasakan semua yang mengungsi di dalam rumah sakit itu, dan makanan yang ada (saat ini )hanyalah kurma," kata dia.

Baca juga: Jokowi minta Biden hentikan perang di Gaza

Madhoun mengatakan aliran listrik sudah terputus total selama dua hari. 

Hanya di bagian  darurat yang sesekali dialiri listrik. Bagian ginjal sudah tidak berfungsi sehingga 20 pasien penyakit ginjal berisiko meninggal dunia jika tidak segera menjalani dialisis.

Madhoun juga mengatakan tentara Israel menyasar penampungan air yang memasok bagian ginjal.

"Setiap orang yang membutuhkan oksigen atau operasi kritis akan menghadapi risiko besar, karena tiadanya sumber pertolongan pertama di rumah sakit itu," kata Madhoun.

Dia mengungkapkan bayi-bayi prematur menghadapi situasi yang mengancam jiwa. Para staf harus memberikan pernapasan manual setelah mesin berhenti bekerja sehingga dua bayi malang meninggal dunia.

Baca juga: Bulan Sabit Merah Palestina bantah tudingan Israel

Madhoun menyebutkan jumlah orang yang mengungsi di bagian dia tinggal berkisar 700-800 orang. Semuanya mengalami kesulitan yang sama, kata dia.

"Ada sekitar 100 jenazah, yang sebagian besar pengungsi, di halaman rumah sakit dan selama tiga hari terakhir, kami berkoordinasi dengan Palang Merah untuk menguburkan mereka di halaman rumah sakit itu," kata Madhoun.

"Namun, kawasan tersebut berbahaya, dan tugas ini tampaknya mustahil,” sambung dia.

"Militer Israel membidik ambulans yang lewat, dengan  menggunakan bom gas dan asap serta tembakan dari penembak jitu, sampai-sampai kami terpaksa membagikan masker kepada mereka yang ada di sana," lanjut dia.

Baca juga: Palestina tolak rencana pengungsian warga Gaza "dengan kedok bantuan"

Sumber: Anadolu

 

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023