Untuk meningkatkan paparan terkait topik perubahan iklim dan transisi energi di Indonesia, kami melihat perlunya menggunakan bahasa yang sederhana, dan bahkan humor
Jakarta (ANTARA) -
​​​​​​Program Clean, Affordable, and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia memperkenalkan topik transisi energi dalam bentuk komunikasi kreatif yaitu komedi tunggal (stand-up comedy) dengan menyelenggarakan acara "Stand-up Comedy: Berbicara Transisi Energi".
 
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas Ervan Maksum mengatakan edukasi topik transisi energi yang dikemas melalui komedi tunggal merupakan bentuk penyampaian yang menarik dan lebih dapat dimengerti oleh masyarakat umum.
 
"Menurut saya, ini inisiasi yang sangat luar biasa untuk melunakkan diskusi yang sangat keras. Jadi, ini juga sebetulnya bagian dari komunikasi, buat saya penting juga di sini bahwa kan objeknya di mana sesuatu yang berat ini menjadi lebih mudah (dimengerti)," katanya saat pelaksanaan acara di Kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Kamis.
 
Sementara itu, Program Manager CASE Institute for Essentials Services Reform (IESR) Agus Tampubolon mengatakan informasi yang mudah dimengerti dan memiliki relasi yang erat dengan kehidupan sehari-hari, akan memudahkan masyarakat memahami isu-isu energi dan iklim yang tengah diperbincangkan.
 
"Untuk meningkatkan paparan terkait topik perubahan iklim dan transisi energi di Indonesia, kami melihat perlunya menggunakan bahasa yang sederhana, dan bahkan humor. Karena itulah kami mencoba menggunakan stand-up comedy," ujarnya.
 
Beberapa penampil meramu isu transisi energi melalui berbagai sudut pandang. Pemenang Kedua Porseni Stand up comedy Bappenas Byan Yudakar menyoroti peresmian PLTS Terapung Cirata sebagai salah satu solusi untuk permasalahan lahan dan listriknya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
 
Selain itu, ia juga membahas tentang pembagian penanak nasi listrik. Ia menyatakan jika esensi transisi energi ke energi terbarukan luput disosialisasikan dengan jelas maka, ia mengandaikan, pemberian penanak nasi justru akan mendorong masyarakat untuk mengubah seluruh alat masaknya dengan yang baru, bukan energi terbarukan.
 
Selanjutnya, Wakil Rektor bidang Akademik Swiss German University (SGU) periode 2018-2022 Irvan S Kartawiria mengambil sudut pandang krisis iklim dengan suhu panas ekstrem yang mengakibatkan akan lebih banyak masyarakat mengeluarkan keringat berlebih.
 
Dia juga menyinggung penggunaan bioetanol sebagai bahan bersih nabati masa depan. Menurutnya, bahan bakar nabati bagus, namun perlu pula memperhatikan ketersediaan dan diversifikasi bahan baku.

Baca juga: Bappenas ungkap peran energi untuk capai sejumlah target SDGs
Baca juga: Bappenas nilai isu transisi energi penting untuk debat capres-cawapres
Baca juga: Bappenas: Aturan pembiayaan alternatif energi hijau sedang disusun

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023