Jakarta (ANTARA) -
Pada masa kehamilan, banyak perubahan dalam tubuh yang terjadi termasuk perubahan hormon-hormon yang meningkat menyesuaikan pada pertumbuhan janin.

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) dr. Cepi Teguh Pramayadi Sp.OG(K) FER MARS mengatakan hormon terbesar yang meningkat pada masa kehamilan adalah hormon estrogen, hormon progesteron dan hormon beta Human Chorionic Gonadotropin (HCG).

Ia menjelaskan fungsi estrogen dalam kehamilan adalah untuk menebalkan dinding rahim agar aliran darah di dalam rahim bagus sehingga bisa menjadikan kehamilan yang sehat dan nantinya dapat meningkatkan kontraksi rahim saat melahirkan.

"Hormon esterogen biasanya mulai muncul dari usia 5 sampai 6 minggu yang dihasilkan oleh salah satu zat atau organ di indung telur, setelah lewat trimester pertama dia akan dihasilkan oleh plasenta atau ari-ari," jelas Cepi dalam diskusi kesehatan depresi pasca melahirkan yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Dokter sarankan ibu hamil risiko tinggi melakukan skrining NIPT

Kadar estrogen yang meningkat, kata Cepi bisa dirasakan ibu hamil pada trimester awal dengan gejala mual muntah dan terkadang memengaruhi sulitnya buang air besar (BAB).

Di samping hormon estrogen yang meningkat juga akan ada peningkatan hormon lain yaitu prolaktin di mana ibu hamil akan merasakan payudara yang tidak nyaman karena membengkak yang menandakan dimulainya produksi ASI.

Namun meningkatnya estrogen juga dapat menurunkan sistem imun yang dapat memperburuk penyakit yang sudah ada dan juga memperburuk suasana hati.

"Adanya perubahan mood, kemudian bisa lebih tahan terhadap stres tapi juga nafsu makan bisa menurun, ini kenapa bikin trimester pertama biasanya ibu-ibu jarang sekali naik berat badannya karena nafsu makannya turun," ucap Cepi.

Adapun hal-hal yang memengaruhi produksi hormon estrogen pada ibu hamil yakni overweight atau obesitas, konsumsi alkohol dan kafein dalam jumlah yang tinggi juga dapat menurunkan estrogen selama masa kehamilan.

Selain estrogen, hormon lain yang meningkat adalah progesteron yang biasanya dihasilkan sebelum usia enam minggu. Setelah tujuh sampai 10 minggu hormon progesteron akan dihasilkan oleh ari-ari atau plasenta.

Dokter yang juga Anggota Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia mengatakan fungsi dari progesteron hampir sama dengan estrogen yaitu untuk menebalkan dinding rahim sehingga aliran darah di pembuluh darahnya berlangsung lebih baik.

Namun kebalikan dari estrogen, progesteron bisa menurunkan kontraksi rahim sehingga tidak terjadi flek di semester awal kehamilan. Suplemen progesteron juga bisa digunakan untuk menunda kehamilan jika terjadi kontraksi di usia kehamilan yang belum cukup untuk melahirkan.

"Yang memengaruhi turunnya progesteron juga sama mulai dari alkohol, berat badan berlebih, melakukan diet rendah zinc atau tembaga itu bisa menurunkan kadar progesteron," kata Cepi.

Baca juga: Makanan bergizi ini dapat tingkatkan peluang hamil

Terakhir ada hormon Beta HCG yang dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan dan akan terus ada, berfungsi untuk meningkatkan jumlah progesteron dan menandakan seseorang hamil atau tidak.

Fungsi HCG adalah untuk penempelan embrio ke rahim agar terjadi kehamilan. Kadar HCG juga akan semakin bertambah banyak seiring bertambahnya usia kehamilan.

Namun, kadar HCG yang meningkat dua hingga tiga kali tidak baik karena mengakibatkan banyak kista sehingga sering disebut hamil anggur atau kantong hamil yang kosong.

"Untuk kasus hipertensi trimester kedua juga HCG meningkat tinggi dan kasus-kasus keguguran secara spontan," ucap Cepi.

Sementara itu jika hormon HCG terlalu rendah akan menjadi masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan janin yang terhambat atau tidak sesuai dengan usia kehamilan, keguguran dan hipertensi dengan komplikasi.

Setelah proses melahirkan semua hormon tersebut akan menurun drastis dan akan berganti dengan hormon lainnya seperti prolaktin yang mendukung proses inisiasi menyusui dini (IMD).

"Dengan turunnya progesteron dan estrogen, maka prolaktinnya makin tinggi dan bisa dikeluarkan spontan pada saat bayi atau plasenta sudah lahir," tutup Cepi Teguh.

Baca juga: Sindrom down bisa dicegah dengan perbaikan nutrisi sebelum hamil

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023