Kami memulai CAFFE dengan misi menyediakan kesempatan terbaik buat siswa kurang beruntung di Bangladesh,"
Dhaka (ANTARA News) - Buat banyak orang makmur di dunia, penggunaan komputer hanyalah masalah biasa, tapi buat sebagian besar penduduk kota Bangladesh, penggunaan komputer masih jadi masalah besar.

Nyatanya, di antara warga miskin kota di daerah tertekan di Ibu Kota Bangladesh, Dhaka, Internet masih berada di luar jangkauan mereka. Namun sedikit demi sedikit, keadaan berubah buat banyak siswa kurang mampu di Dhaka. Sekarang ada satu lembaga yang mendedikasikan diri untuk menyediakan buat mereka sarana guna mempelajari cara menggunakan komputer.

Lembaga itu, yang diberi nama Computers Are Free for Everyone (CAFFE), sekarang menyediakan pendidikan komputer secara gratis buat orang dari wilayah kurang mampu di ibu kota Bangladesh tersebut.

"Kami memulai CAFFE dengan misi menyediakan kesempatan terbaik buat siswa kurang beruntung di Bangladesh," kata Luke Doyle, pendiri dan pemimpin lembaga itu, belum lama ini kepada Xinhua.

Doyle mendirikan lembaga tersebut pada 2011 dengan dukungan keuangan dari sebagian orang Bangladesh yang tinggal di China. Lembaga itu, yang dimulai hanya dengan 12 pelajar, sekarang menawarkan pendidikan komputer gratis buat sebanyak 200 murid.

"Dana awal sesungguhnya berasal dari China dari sekelompok orang tua Bangladesh di Shanghai. Mereka membantu kami untuk memulai. Tanpa mereka, akan sangat sulit buat kami untuk mendirikan sekolah," kata Doyle.

Menurut Doule, lembaga tersebut memperkenalkan komputer kepada banyak pelajar yang tak pernah menyentuh alat itu dalam hidup mereka, malah kebanyakan tak memiliki akses ke teknologi baru tersebut.

Jangir Alam --yang sekarang mengajar teknologi komputer sebagai guru paruh-waktu di CAFFE-- adalah luluasan pertama lembaga itu.

"Saya telah belajar banyak hal di lembaga ini. Saya belakar Microsoft Word, Excel, Power point, Adobe Photoshop dan bermacam teknik pemrograman di sini," kata Alam.

Alam mengatakan ia berutang pada CAFFE karena kesempatan untuk mempelajari teknologi komputer.

Alam, yang belajar di kelas delapan di sekolah formal setelah akhir jam kerjanya di lembaga tersebut, berencana menjadikan mengajar komputer sebagai profesinya pada masa depan untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin bisa melek komputer.

"Saya berencana kuliah S1 di bidang ilmu komputer," kata Alam --yang sekarang bahkan merasa lebih yakin mengenai masa depannya.

Para guru CAFFE mengatakan para siswa bersungguh-sungguh dalam mempelajari komputer, yang mereka anggap sebagai satu-satunya kesempatan mereka untuk mewujudkan impian mereka dalam kehidupan nyata.

Sohel Rana, guru pertama di CAFFE, mengatakan kebanyakan peserta ajar di CAFFE --yang berasal dari keluarga miskin-- tak mendapat dukungan sama sekali dari keluarga mereka untuk mengenyam pendidikan. "Mereka malah bekerja untuk menunjang hidup keluarga mereka," kata Rana.

Rana mengatakan semua siswa di CAFFE sangat berbakat dan sangat bersungguh-sungguh dalam mengiktui pelajaran mereka.

(C003)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013