Hutan Papua harus dijaga karena menjadi salah satu paru-paru dunia
Sentani (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengimbau warga untuk menjaga hutan di Papua karena merupakan salah satu paru-paru dunia.

Hutan Papua di Indonesia bersama dengan Hutan Amazon di Brasil serta hutan di Kongo  yang merupakan paru-paru dunia karena oksigen terbesar didapat dari hutan yang masih banyak pohonnya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Bambang Hendroyono dalam rilis yang diterima ANTARA di Jayapura, Sabtu mengatakan dengan menjaga hutan maka masyarakat di Papua telah membantu dunia dalam pencegahan pemanasan global.

“Perlindungan hutan di Papua sangat baik dengan program utama KLHK pengendalian perubahan iklim,” katanya.

Baca juga: BBKSDA Papua minta pemangku kepentingan komitmen lindungi hutan
Baca juga: BRIN teliti produktivitas hasil hutan bukan kayu di Papua


Menurut Bambang, upaya mitigasi, adaptasi tentu harus dilakukan masyarakat di Papua sehingga kelestarian hutan dapat terjaga dengan baik.

“Masyarakat Papua sudah harus menjaga alam dan hutan sehingga pencemaran polusi dapat teratasi dengan baik,” ujarnya.

Dia menjelaskan KLHK mempunyai program Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink pada 2030.

“Merupakan suatu kondisi di mana tingkat serapan karbon sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya sudah berimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi yang dihasilkan sektor tersebut pada tahun 2030,” katanya.

Dia menambahkan dalam dokumen penurunan emisi atau nationally determined contribution (NDC), FOLU menjadi satu dari lima sektor program mitigasi krisis iklim.

“Hutan Papua harus dijaga karena menjadi salah satu paru-paru dunia, karena sektor lahan dan hutan menyerap lebih banyak emisi karbon ketimbang yang dikeluarkan,” ujarnya.

Baca juga: Papua Barat gandeng Unipa susun dokumen pengelolaan hutan sosial
Baca juga: Pemerintah perlu sederhanakan aturan pemanfaatan hutan sosial di Papua
Baca juga: DKLH: Hutan sumber kemakmuran masyarakat lokal Papua

 

Pewarta: Yudhi Efendi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023