Non PSO
New York (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) karena investor tetap yakin bahwa Federal Reserve telah selesai dengan siklus kenaikan suku bunganya.

Indeks dolar yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya melemah 0,47 persen menjadi 103,4383.

Jadwal perekonomian lebih tenang karena pekan liburan Thanksgiving di Amerika Serikat, sementara fokus utama investor yaitu risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) November yang akan dirilis pada Selasa.

Presiden Federal Reserve Bank Richmond Tom Barkin mengatakan pada Senin (20/11) bahwa inflasi AS telah turun dengan baik, namun beberapa perusahaan berencana untuk terus menaikkan harga dan itu berarti The Fed harus mempertahankan suku bunga pada tingkat yang relatif tinggi untuk waktu yang lama.

"Saya melihat inflasi menjadi persisten dan hal ini membuat saya berpendapat bahwa suku bunga akan lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujar Barkin.

Baca juga: Penguatan rupiah dipengaruhi dugaan The Fed tak naikkan suku bunga

FedWatch Tool milik CME Group menunjukkan bahwa pasar memperkirakan kemungkinan 99,8 persen bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuannya Desember 2023.

Indeks Ekonomi Utama (LEI) Conference Board untuk Amerika Serikat turun 0,8 persen secara bulanan menjadi 103,9 pada Oktober, menyusul penurunan bulanan sebesar 0,7 persen pada September, berdasarkan rilis The Conference Board pada Senin (20/11).

LEI mengalami kontraksi sebesar 3,3 persen selama periode enam bulan antara April dan Oktober 2023, penurunan yang lebih kecil dibandingkan kontraksi sebesar 4,5 persen selama enam bulan sebelumnya.

"Lintasan LEI AS tetap negatif dan tingkat pertumbuhan enam dan dua belas bulannya juga berada di wilayah negatif pada Oktober,” kata manajer senior indikator siklus bisnis The Conference Board Justyna Zabinska-La Monica.

Setelah jeda pada September, LEI kembali memberi sinyal resesi dalam waktu dekat. Conference Board memperkirakan peningkatan inflasi, suku bunga tinggi, dan kontraksi belanja konsumen, akan membawa perekonomian AS ke dalam resesi yang sangat singkat.

Baca juga: Analis: Surplus neraca perdagangan RI beri sentimen positif rupiah

"Kami memperkirakan PDB riil akan meningkat hanya 0,8 persen pada tahun 2024," ujar Zabinska-La Monica.

Pada akhir perdagangan di New York, euro naik ke 1,0946 dolar AS dari 1,0899. Pound Inggris naik ke 1,2510 dolar AS dari 1,2449 dolar AS.

Sementara itu, dolar AS mencapai 148,3030 yen Jepang, lebih rendah dari 149,6650 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8843 franc Swiss dari 0,8856 franc Swiss.

Selanjutnya, dolar AS menguat menjadi 1,3722 dolar Kanada dari 1,3717 dolar Kanada dan dolar AS melemah menjadi 10,4398 krona Swedia dari 10,5313 krona Swedia.


Sumber: Xinhua

Penerjemah: Citro Atmoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023