Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan sentimen kebijakan suku bunga acuan tinggi Amerika Serikat (AS) yang sudah mencapai puncak mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS.

“Sentimen kebijakan suku bunga acuan tinggi AS yang mungkin sudah mencapai puncaknya, kelihatannya masih berlanjut hari ini dan bisa mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston di Jakarta, Selasa.

Data inflasi AS terbaru yang dirilis menurun pada pekan lalu meningkatkan ekspektasi bahwa suku bunga acuan AS tidak akan bertahan lebih lama lagi.

Laju inflasi AS Oktober 2023 datar dibandingkan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (mom) dan mencapai 3,2 persen year on year (yoy) dengan ekspektasi 3,3 persen.

Selain itu, indeks dollar AS masih berada dalam tekanan karena bergerak lebih rendah dari Senin (20/11), yakni 103,30 dari sebelumnya 104.

Di sisi lain, ekspektasi pelaku pasar dapat berubah tergantung dari perkembangan data ekonomi AS dan pernyataan petinggi bank sentral AS terbaru.

Dini hari nanti, Bank Sentral AS disebut akan merilis notulen rapat bulan November. Pelaku pasar akan mencari indikasi baru soal kebijakan moneter AS ke depan dari notulen tersebut. 

“Potensi penguatan ke arah Rp15.400-Rp15.380, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.500 hari ini,” ujar Ariston.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat sebesar 0,38 persen atau 59 poin menjadi Rp15.386 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.445 per dolar AS.

Baca juga: Penguatan rupiah dipengaruhi dugaan The Fed tak naikkan suku bunga
Baca juga: Analis: Surplus neraca perdagangan RI beri sentimen positif rupiah
Baca juga: Penguatan Rupiah akibat data pengangguran Amerika naik


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023