Jakarta (ANTARA News) - Harita Group bersama perusahaan China, Hongqiao, akan membentuk usaha patungan dengan mendirikan pabrik pengolah alumina (smelter) di Ketapang, Kalimantan Barat.

Menurut Sekjen Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari, kerja sama itu dimaksudkan untuk mendorong hilirisasi industri berbasis mineral.

CEO Harita Group Lim Gunawan Hariyanto hari ini bertemu Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat di gedung Kemeperin untuk mediskusikan rencana itu.

"Dalam pertemuan itu, mereka juga mengundang bapak menteri untuk meresmikan peletakan batu pertama pembangunan pabrik smelter tersebut pada pertengahan Juli 2013," kata Ansari Bukhari dalam siaran pers yang diterima ANTARA News, Kamis.

Menperin, dalam pertemuan itu, menekankan agar pabrik smelter itu dapat memenuhi kebutuhan alumina dalam negeri sebesar 500 ribu ton per tahun.

"Kalau pabrik smelter ini sudah jalan merupakan pabrik pertama di dalam negeri yang memproses bauksit menjadi alumina. Selama ini mereka ekspor bauksit ke China. Oleh karena itu, dengan adanya UU yang mengatur pengolahan dan pemurnian mineral dan batu bara harus dilakukan di dalam negeri, mereka mendukung aturan tersebut," kata Ansari Bukhari.

Lim Gunawan Hariyanto mengatakan, nilai investasi pembangunan pabrik diprediksi mencapai 1 miliar dolar AS dengan total kapasitas dua juta ton alumina yang akan dibangun dalam dua tahap. Ia menargetkan tahap pertama selesai pertengahan 2015 dan yang kedua selesai pada tahun berikutnya.

"Alumina tersebut akan kami prioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kalau ada sisanya, baru kami ekspor. Harga akan disesuaikan market. Target penyerapan tenaga kerja dua ribu orang," katanya.

Dalam joint venture itu Harita Group akan memiliki 30 persen saham dan Hongqiao 70 persen.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013