JAKARTA (ANTARA) - Dua pertiga wilayah Indonesia adalah lautan yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas daerah perairan sekitar 77 persen dari luas total wilayahnya.

Berdasarkan data dari Badan Riset dan Inovasi (BRIN) total 6,4 juta kilometer luas lautan Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu perairan laut dalam seluas 4,4 juta kilometer atau 68 persen dan perairan laut dangkal dengan luas 2 juta kilometer atau 32 persen.

Dari jumlah laut dalam lebih besar dari laut dangkal, justru eksplorasi belum jauh dilakukan di Indonesia, padahal potensi laut dalam di perairan Indonesia sangat seksi untuk menjadi objek riset.

Pengaruh kondisi lingkungan laut Indonesia yang lebih bervariasi dibandingkan dengan lingkungan darat menjadikannya sebagai sumber penting untuk produk natural dengan karakteristik biokimia yang unik dan memiliki prospek untuk dikembangkan di bio industri.

Keanekaragaman inilah yang membuat Pakar Mikrobiologi Laut Dalam BRIN Ocky Karna Radjasa tertarik untuk melakukan penelitian mikrobiologi laut.

Ocky yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, pada tahun 2019 mendapat kesempatan untuk terlibat pada ekspedisi laut dalam "Transport/Throughflow Indonesian Seas, Upwelling, and Mixing Physics" atau "TRIUMPH" yang diinisiasi oleh BRIN  bekerja sama dengan First Institute of Oceanography, China dan University of Maryland, USA.

Lokasi titik contoh (sampling) khususnya untuk studi mikroorganisme pada ekspedisi TRIUMPH ini adalah di salah satu area dari Java Trench atau Palung Jawa dan Selat Makassar.

Dari ekspedisi ini, Ocky menemukan bakteri priestia flexa dari wilayah laut dalam perairan Palung Jawa yang memiliki potensi  ekonomi tinggi dengan kandungan lycopene dan vitamin B12.

Bakteri dari laut dalam ini berhasil diisolasi dari sampel air laut dengan kedalamaan 1.000 meter.

Palung Jawa merupakan palung terdalam kedua di Indonesia setelah Palung Weber di Laut Banda, Kepulauan Maluku. Letak Palung Jawa atau Palung Ganda Sunda di bagian timur Samudera Hindia.

Palung Jawa kedalamannya mencapai 7.450 meter. Letak persisnya di lepas pantai barat daya Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

Tekanan air di Palung Jawa sekitar 11.000 Pound per Square Inch (PSI) yang merupakan satuan pengukuran tekanan angin hampir 1000 kali lipat tekanan air di permukaan. Tingginya tekanan di palung ini menyulitkan penyelam untuk menjelajahi wilayah Palung Jawa.

Kandungan bakteri priestia flexa

Penemuan bakteri priestia flexa menjadi berkah tersendiri, sebab ketika diteliti lebih lanjut menggunakan metode data Whole Genome Sequence (WGS) bakteri yang pertama kali diambil dari laut dalam Indonesia itu, memiliki kandungan alami yang biasanya digunakan untuk industri kosmetik dan farmasi.

"Bakteri ini mengandung lycopene dan vitamin B12, untuk industri biasanya digunakan sebagai bahan baku kosmetik, kecantikan, nutrisi, suplemen dan farmasi, serta industri makanan kesehatan membutuhkan mikroba itu," kata dia.

Lycopene sendiri memiliki fungsi sebagai antioksidan yang menangkal oksidasi sel atau jaringan oleh Reactive Oxidative Species (ROS), sehingga membantu dalam pencegahan penyakit jantung dan memiliki efek antikanker.

Umumnya kandungan lycopene ini didapatkan dari tanaman yang memberikan warna atau pigmen merah dan jingga pada sayur dan buah. Senyawa ini tergolong karotenoid dan bersifat antioksidan. Pigmen ini bisa ditemukan pada tomat, semangka, dan jambu biji.

Ocky mengatakan, penemuan lycopene dari laut dalam dapat memberikan langkah efisiensi.

Contohnya,  lycopene yang biasanya berasal dari buah tomat membutuhkan proses panen selama 75 hari, kemudian membutuhkan juga lahan, dan pada saat pengolahannya membutuhkan tempat yang luas untuk menyimpan serta mengolah menjadi lycopene.

Sementara itu,  dengan lycopene dari laut dalam, hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk menumbuhkan bakteri priestia flexa yang dapat diambil kandungannya. Untuk tempat penyimpanan dan produksi mikroba menjadi lycopene juga tidak membutuhkan tempat yang besar layaknya lycopene yang berasal dari tomat.

Menariknya produk lycopene yang berasal dari mikroba memiliki kandungan lebih tinggi daripada produk asli standarnya.

Jika dilihat dari tren pasar global lycopene bernilai Rp107,2 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada 2020 dan diproyeksikan meningkat menjadi 187,3 juta dolar AS pada 2030 dengan pertumbuhan per tahun diproyeksikan sebesar 5,2 persen.

Dengan penemuan bakteri priestia flexa di laut dalam Indonesia menjadi maka dapat menjadi langkah efisiensi karena kebutuhan di dalam negeri saat ini masih impor.

Sementara itu, untuk kandungan vitamin B12 yang ditemukan dari bakteri priestia flexa memiliki potensi besar untuk produsen makanan sehat berbasis vegetarian.

"Vitamin B12 dari mikroba laut dalam ini berpotensi besar terhadap orang vegetarian yang membutuhkan protein namun bukan dari unsur hewani," ucapnya.

Sementara itu, vitamin B12 atau kobalamin bermanfaat dalam proses pembentukan sel darah merah. Di samping itu, kobalamin juga berperan dalam proses metabolisme protein. Sumber vitamin B12 ini biasanya didapatkan dari daging merah, hati, telur, dan susu.

Temuan bakteri priestia flexa menjadi bukti potensi luar biasa dari laut dalam Indonesia. Dengan pengelolaan yang bijaksana, maka akan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan industri dan kesejahteraan masyarakat.

Penemuan tersebut sebenarnya masih sebagian kecil dari biodiversitas potensi laut dalam yang belum terungkap.

Melihat penemuan tersebut, Pengamat kemaritiman Abdul Halim mengatakan pentingnya kolaborasi pemerintah untuk merealisasikan penemuan-penemuan tersebut dilanjutkan sampai dengan hilirisasi pentingnya hilirisasi untuk menjadikan temuan tersebut menjadi aplikatif dan bermanfaat secara sosial.

"Betapa luar biasanya jika lycopene dan B12 itu bisa dikembangkan tidak hanya sebagai obat-obatan yang diproduksi secara massal dalam negeri dengan harga yang jauh lebih terjangkau atau bisa gratis," katanya.

Oleh karena itu,  kebijakan, anggaran dan kelembagaan akan menjadi kunci tergarapnya potensi bawah laut yang dapat mensejahterakan masyarakat di Indonesia.

Potensi laut dalam

Kepala Pusat Riset Laut Dalam BRIN Indah Suci Nurhati mengatakan sejauh ini Indonesia masih belum banyak melakukan eksplorasi riset laut dalam.

Laut dalam sangat menarik untuk dieksplorasi, karena kehidupan di laut dalam masih belum banyak terkuak. Jika di luar negeri, mereka sudah bisa menciptakan enzim untuk obat sehingga risetnya menarik dan berdampak.

 Indonesia masih memiliki keterbatasan alat dan akses untuk mencapai laut dalam sehingga riset-riset mengenai penemuan apa saja yang berada di laut dalam belum banyak tereksplorasi.

Untuk mengungkap potensi laut dalam itu, maka BRIN membentuk Pusat Riset Laut Dalam yang berada di bawah Organisasi Riset Kebumian dan Maritim. Riset laut dalam itu tujuannya untuk mengetahui, memanfaatkan dan menyelamatkan potensi biodiversitas yang berada di laut dalam.

Laut dalam sendiri merupakan laut yang memiliki kedalaman 2.000 meter. Sehingga sangat sedikit cahaya matahari yang masuk dan memiliki tekanan yang tinggi. Hal ini yang menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan riset di laut dalam.

Dengan melakukan riset laut dalam, maka akan banyak pengetahuan untuk memanfaatkan nilai ekonomi yang bisa dikembangkan termasuk juga upaya menjaga eksosistemnya supaya tidak rusak atau punah.

"Banyak enzim yang belum kita temukan, karena ternyata biodiversitas yang hidup di wilayah ekstrim ini ternyata juga banyak yang menghasilkan enzim yang kita butuhkan untuk pangan, kesehatan dan obat," ujarnya.

Maka dari itu,  ada tiga riset yang dilakukan oleh Pusat Riset Laut Dalam. Pertama, riset mengenai lingkungan untuk mengetahui dan memahami tentang dinamika kehidupan di lau dalam. Termasuk juga arus airnya, tekanannya, dan sebagainya.

Kedua, riset mengenai bioprospeksi laut, sebagai upaya secara ilmiah untuk mencari dan mengeksplorasi sumber biologi dan genetik lokal yang bertujuan guna membawa biodiversitas menjadi produk komersial,  termasuk dalam pencarian dan pemanfaatan ventilasi hidrothermal, hingga lokasi lingkungan yang unik dan ekstrem.

Ketiga, riset mengenai konektivitas antara laut dalam, pesisir pantai, dan juga daratan yang memiliki hubungan berantai dan saling berpengaruh satu sama lain.

Untuk melakukan riset laut dalam perlu adanya dukungan teknologi dalam memudahkan pengambilan data contoh (sample). Sebab, laut dalam butuh peralatan khusus. BRIN sendiri memiliki armada kapal riset yang digunakan untuk pelayaran oseanografi.

Oleh karena itu, diharapkan ada investasi sehingga ke depan kapal riset bisa menurunkan alat seperti kamera untuk dapat mengambil data laut dalam.

Dengan adanya teknologi alat dan kamera untuk melihat kehidupan di laut dalam, maka bisa diperoleh perspektif yang berbeda daripada dengan membawa biodiversitas laut dalam ke atas permukaan laut.

Kawasan laut dalam layak diteliti karena memiliki beraneka manfaat jasa ekosistem yang menopang kehidupan di bumi seperti penyerapan karbon, sumber pangan, obat-obatan, hingga bahan mineral.

Keberadaan makhluk hidup di laut dalam juga layak ditelusuri agar kita mendapatkan pengetahuan seputar adaptasi mereka di lingkungan ekstrem.Laut dalam memiliki potensi yang perlu diselami.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023