Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) tetap pada level 6 persen
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah menguat 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp15.553 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp15.575 per dolar AS dipengaruhi keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) mempertahankan suku bunga acuan.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) tetap pada level 6 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap 5,25 persen, begitu pun suku bunga lending facility pada level 6,75 persen,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis.

Keputusan tersebut sesuai dengan prediksi 10 dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, bahwa BI akan menahan suku bunga di level 6,00 persen, suku bunga deposit facility 5,25 persen, dan suku bunga lending facililty sebesar 6,75 persen. Adapun tiga lembaga memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,25 persen

Sebagaimana disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo, keputusan tersebut tetap konsisten dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak ketidakpastian global, serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi. Karena itu, keputusan ini diharapkan dapat menjaga inflasi pada 2023 tetap terkendali sebesar 3 plus minus 1 persen dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024.

Pada pembukaan perdagangan, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah sebesar 0,22 persen atau 35 poin menjadi Rp15.610 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.575 per dolar AS. Pelemahan tersebut dipengaruhi data klaim pengangguran AS yang lebih rendah dari perkiraan, yakni menurun 24 ribu menjadi 209 ribu dengan ekspektasi sebelumnya 225 ribu.

Namun, Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong telah berpendapat bahwa BI harus mempertahankan suku bunga agar tidak membuat rupiah terperosok akibat penguatan dolar AS.

Terlebih, pada risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dua hari lalu, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell masih memberikan pernyataan cukup hawkish, yaitu inflasi masih jauh di atas target dan suku bunga tinggi masih diperlukan saat ini.

“Hal yang dinantikan investor adalah seberapa optimis atau hawkish pernyataan BI nanti,” ucap Lukman.

Di samping itu, sentimen lain terhadap penguatan rupiah pada penutupan perdagangan hari ini adalah ketika pasar mengurangi spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mulai memangkas suku bunga acuan paling lambat pada Maret 2024.

“Namun, sebagian besar pedagang bertaruh bahwa bank tersebut telah selesai menaikkan suku bunga, yang pada gilirannya membuat perdagangan dolar mendekati posisi terendah dalam tiga bulan. Tren ini memberikan dukungan terhadap mata uang Asia minggu ini,” ungkap Ibrahim.

Baca juga: Perbanas waspadai dampak gejolak suku bunga terhadap ekonomi RI
Baca juga: Ekonom nilai BI perlu pertahankan bunga karena rupiah berbalik menguat


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023