Manado (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Soemyaryo Soemiskoem, mengatakan kini sudah terhimpun sekitar lima perusahaan besar yang akan membantu pemulihan nelayan korban gempa dan tsunami di Pantai Selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah. "Kelima perusahaan dilobi oleh HNSI untuk memanfaatkan dana Community Development membantu pemulihan para nelayan yang kehilangan pekerjaan akibat kapal dan peralatan menangkap ikan hancur diterjang tsunami," kata Soemyaryo, seusai Seminar Kelistrikan, Kamis malam di Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Beberapa perusahaan yang bersedia bantu nelayan korban tsunami bergerak di sektor perminyakan di Indonesia, seperti Pertamina dan lainnya, yang dikenal sebagai perusahaan besar di tanah air. Selain memanfaatkan dana community development perusahaan besar, HNSI juga sudah meminta Departemen Perikanan dan Kelautan serta bermitra dengan Dinas Perikanan dan Kelautan kedua daerah itu guna mempercepat bantuan kepada nelayan, sebab berharap dari dana community itu sendiri tidak cukup. "Saat ini HNSI sedang lakukan pendataan berapa nelayan yang tidak bisa lagi melaut karena bencana alam tersebut dan diharapkan dalam waktu dekat sudah dapat angka pasti sehingga mempermudah penyaluran bantuan," katanya. Bantuan yang akan diberikan, terutama guna merehabilitasi fasilitas usaha nelayan sehingga mereka kembali dapat lakukan usaha seperti sediakala. Meskipun sebagian nelayan masih trauma, tetapi laporan terakhir pengurus HNSI di daerah tersebut menyebutkan nelayan sudah ada turun melaut, makanya pemulihan harus cepat ditangani supaya ekonomi mereka dapat pulih kembali. Sebenarnya HNSI berharap perusahaan yang bergerak di sektor perikanan menyalurkan bantuan, namun kondisi mereka ternyata masih banyak belum pulih imbas naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Karena itu, perusahaan besar di tanah air diharapkan akan menjadi jalan keluar di tengah bencana dahsyat yang sangat memilukan dan meluluh lantakkan kehidupan nelayan di Pantai Selatan Pulau Jawa. (*)

Copyright © ANTARA 2006