pembangunan desa wisata tidak hanya ditentukan oleh infrastruktur tapi harus ditopang dengan SDM yang tepat
Jakarta (ANTARA) - Praktisi dan penggiat desa wisata mengapresiasi dilaksanakannya pendampingan lima tahap secara langsung di tiap desa wisata dalam rangkaian Program Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0.

Praktisi desa wisata Udi Hartoko dalam keterangan di Jakarta, Minggu, menyebutkan dengan kondisi demikian para pendamping desa wisata dan masyarakat dapat bersama menyusun langkah strategis pengembangan kepariwisataan.

Praktisi desa wisata yang dikenal sebagai hero penggerak Desa Wisata Pujon Kidul, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu mengatakan tantangan terbesar pengembangan desa wisata sering kali kurang mengutamakan sisi pemberdayaan serta penguatan sumber daya manusia (SDM).

"Sementara pembangunan desa wisata tidak hanya ditentukan oleh infrastruktur tapi harus ditopang dengan SDM yang tepat," kata Udi Hartoko.

Ia menghadiri Workshop Desa Wisata yang merupakan bagian dari acara puncak KSW 5.0 di Jakarta pada Sabtu (25/11).

Diketahui, Kemenparekraf/Baparekraf mengundang perwakilan 65 desa wisata dari enam destinasi pariwisata prioritas (DPP) dalam Festival Sadar Wisata pada 24-26 November 2023 di Jakarta.

Dalam perhelatan tersebut, desa wisata memperkenalkan dan memasarkan paket serta produk wisata, berikut kreasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berhasil dikembangkan selama mengikuti Program KSW 5.0.

Baca juga: Festival Sadar Wisata hadirkan 65 desa wisata berkembang ke Jakarta

Baca juga: Kemenparekraf kuatkan sinergi antara desa wisata tingkatkan ekonomi


Udi menilai dilaksanakannya Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 sangat tepat karena mengarah pada penguatan SDM dan kelembagaan.

Kegiatan yang diawali dengan sosialisasi, pelatihan dan lima tahapan pendampingan secara intensif itu diharapkan mampu membangun pemahaman tentang pentingnya unsur manusia sebagai pengelola dan penggerak pariwisata.

Lebih lanjut, Udi menilai tahap pendampingan Program KSW 5.0 sangat bermanfaat untuk memetakan kebutuhan setiap desa agar program berlangsung optimal.

"Biasanya pelatihan atau bimtek dilakukan di tempat yang berbeda (bukan di desa wisata). Pendampingan pada KSW 5.0 dilaksanakan bertahap sampai 5 kali di desa terkait sehingga manfaatnya luar biasa. Dengan (fasilitator) yang tinggal di desa maka dapat memahami kebutuhan dan problematika yang ada. Ini penting untuk menentukan langkah berikutnya," ujar Udi.

Pada kesempatan sama, praktisi Desa Wisata Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul, DIY Sugeng Handoko juga menyatakan hal senada.

"Desa wisata yang mendapatkan Program KSW 5.0 terasa sekali perbedaannya karena programnya berkelanjutan dan temanya disesuaikan dengan kebutuhan tiap desa wisata. Melalui pendampingan ini, fasilitator atau pendamping desa dapat melakukan evaluasi dan membimbing warga membuat inovasi. Tiap desa tentu memiliki karakter yang dapat dikembangkan sesuai dengan keunggulan dan keunikan masing-masing," ujarnya.

Untuk mempertahankan dampak positif KSW 5.0 yang telah dirasakan masyarakat desa wisata, Kemenparekraf/Baparekraf mendorong dan memantau bagaimana desa-desa wisata penerima manfaat program akan dapat menjaga keberlanjutan program tersebut secara mandiri.

Sejalan dengan hal itu, telah dibentuk pula tim yang secara aktif menjembatani kerja sama desa dengan berbagai industri usaha, asosiasi, komunitas, korporasi serta lembaga yang ingin membantu desa wisata.

Workshop Desa Wisata yang digelar sebagai salah satu agenda puncak kegiatan KSW 5.0 merupakan salah satu ajang yang memfasilitasi akses dan kolaborasi desa wisata dengan lima pilar pentahelix (pemerintah, akademisi, industri, komunitas dan media).

Sedangkan, local champion (penggerak desa wisata) dari Desa Wisata Kulati, Wakatobi, Sulawesi Tenggara Nyong Tomia mengaku sangat bersyukur desanya dapat terlibat dalam kegiatan puncak KSW 5.0 termasuk mengikuti Workshop Desa Wisata.

"Semoga dengan kegiatan ini jadi lebih banyak yang mengenal potensi wisata yang ada di desa kami. Lalu masyarakat Desa Wisata Kulati juga jadi lebih bersemangat untuk bersama membangun pariwisata. Melalui workshop ini, kami bisa dapat informasi pendanaan dan kemungkinan kolaborasi lainnya, serta membuat jejaring dan menguatkan sinergi antara desa wisata," katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Martini M. Paham yang membuka kegiatan Workshop Desa Wisata didampingi Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Florida Pardosi juga mengajak peserta perwakilan 65 desa wisata untuk memanfaatkan dengan baik kesempatan tersebut.

"Melalui kegiatan ini, kita dapat mencontoh kisah sukses dan mendapatkan inspirasi yang disampaikan narasumber. Semoga kita tidak hanya mendapatkan berkah ilmu tapi juga berkah jejaring, karena kebermanfaatan program ini adalah untuk kita semua," ucap Martini.

Sebelumnya dalam berbagai kesempatan, Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga Salahuddin Uno selalu mengajak semua pihak berkolaborasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di desa wisata.

"Desa wisata telah menjadi pemenang di masa pandemi yang dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan target tahun 2024 sebanyak 4,4 juta lapangan pekerjaan," kata Sandiaga.

Baca juga: Menparekraf: Nilai devisa pariwisata capai 6 miliar dolar AS

Baca juga: Kemenparekraf-BEI kerja sama gelar demo day bagi pelaku parekraf

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023