Angka kematian akibat penyakit jantung dapat ditekan jika pasien mendapatkan penanganan lebih cepat
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah RI dan Uni Emirat Arab (UEA) membangun Rumah Sakit (RS) Kardiologi di Kota Surakarta, Jawa Tengah untuk mengatasi masalah jantung sebagai penyebab kematian nomor satu di Indonesia.

Peletakan batu pertama atau ground breaking pembangunan RS tersebut dilakukan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin dan Duta Besar Uni Emirat Arab untuk Indonesia Abdulla Salem Obaid Al Dhaheri pada Senin (27/11).
 
"Itu (penyakit jantung, red.) penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di Indonesia dan kita kekurangan fasilitas kesehatan untuk menangani jantung dan stroke," kata Menkes Budi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
 
Menkes mengatakan angka kematian akibat penyakit jantung dapat ditekan jika pasien mendapatkan penanganan lebih cepat. Pasien penyakit jantung memiliki kemungkinan sembuh lebih dari 90 persen jika mendapatkan penanganan kurang dari empat jam.
 
Namun, sambungnya, fasilitas yang kurang memadai dapat menyebabkan penanganan pasien terlambat atau melebihi empat jam. Akibatnya, nyawa pasien kemungkinan tidak tertolong.
 
"Jadi memang kecepatan penanganan itu sangat menentukan dan fasilitas lengkap yang harus dimiliki cukup banyak," ujarnya.
 
Menkes menekankan fasilitas kesehatan yang memadai juga harus diiringi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang memadai.
 
"Oleh karena itu, kita harus produksi dokter lebih banyak. Kita sekarang sedang memastikan bahwa pendidikan dokter spesialis harus lebih baik lagi dan lebih mudah. Itu yang sekarang mau kita reformasi," ungkapnya.
 
Mewakili Pemerintah UEA, Duta Besar Abdulla Salem Obaid Al Dhaheri mengatakan RS Kardiologi akan menjadi RS modern pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan teknologi canggih dan model perawatan kesehatan inovatif.
 
"Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk mengundang masyarakat dan sektor swasta dari kedua negara agar menjajaki potensi proyek investasi bersama di sektor layanan kesehatan demi kemanusiaan yang sangat penting ini," ujarnya.
 
Untuk diketahui, RS Kardiologi ini dibangun di atas lahan milik Pemerintah Kota Surakarta yang terletak di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres. Pemerintah UEA akan menanggung seluruh biaya konstruksi pembangunan rumah sakit. Sementara, Pemerintah RI diminta untuk mengelola operasional rumah sakit setelah proses pembangunan selesai.
 
Fasilitas RS Kardiologi ini meliputi fasilitas rawat jalan yang terdiri atas 10 ruang konsultasi dan empat ruang observasi dan monitoring, serta ruang rawat inap yang terdiri atas kamar presidential suite, satu tempat tidur kamar VIP, kamar perawatan umum, dan kamar isolasi.
 
Terdapat pula fasilitas ruang operasi yang terdiri atas tiga kamar operasi, satu unit perawatan koroner, PICU, NICU, ICU, dan data service unit. Selanjutnya, IGD yang dilengkapi sembilan tempat tidur, ruang triase, ruang resusitasi, ruang observasi, ruang tindakan, dan ruang isolasi.
 
RS Kardiologi ini akan menerapkan konsep bangunan berkelanjutan seperti menggunakan panel surya sebagai sumber energi utama, memiliki penampungan air hujan, dan berkomitmen untuk melakukan upaya pengurangan karbon. Karena itu, bangunan rumah sakit juga akan menerapkan konsep bangunan hijau atau green building.

Baca juga: Kemenkes siapkan lima rumah sakit provinsi layani intervensi jantung

Baca juga: "Ventricle building" RS Jantung Harapan Kita diresmikan Wamenkes


Baca juga: Menkes ingin RS rujukan nasional jadi pengampu di daerah

 

Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023