Beijing (ANTARA) - China mendesak Jepang untuk menghindari konsekuensi yang tidak dapat dibenahi akibat pembuangan air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut.

Pihak Jepang harus terlibat dalam konsultasi penuh dan tulus dengan para pemangku kepentingan dan menerapkan pengaturan pemantauan jangka panjang sesegera mungkin untuk menghindari konsekuensi yang tidak dapat dibenahi yang berasal dari pembuangan air yang terkontaminasi nuklir Fukushima ke laut, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, Selasa.

Wang menyampaikan pernyataan itu dalam sebuah taklimat media harian ketika diminta mengomentari laporan bahwa Tokyo Electric Power Company (TEPCO) baru-baru ini memulai identifikasi kerusakan dan kompensasi terhadap korban domestik akibat pembuangan limbah ke laut, seiring pembuangan air limbah Fukushima ke laut yang dimulai oleh pemerintah Jepang memasuki bulan ketiga.

"Pembuangan air yang terkontaminasi nuklir Fukushima ke laut oleh Jepang berdampak terhadap kesehatan seluruh umat manusia, lingkungan laut global, dan kepentingan publik internasional," ujar Wang.

Menurut dia, Jepang perlu merespons kekhawatiran domestik dan internasional secara serius dengan cara yang sama, terutama kekhawatiran yang kuat dari negara-negara tetangga.

Wang menambahkan bahwa Jepang harus berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan dengan sikap yang bertanggung jawab dan konstruktif, serta menanggapi dengan serius permintaan yang sah untuk identifikasi kerusakan dan kompensasi dari para pemangku kepentingan.

Menyebut bahwa semakin banyak air terkontaminasi nuklir Fukushima yang dibuang ke laut, Wang mengatakan pihak Jepang harus melakukan konsultasi secara penuh dan tulus dengan para pemangku kepentingan, terutama negara tetangganya, menerapkan pengaturan pemantauan jangka panjang sesegera mungkin yang dilakukan secara komprehensif, efektif, dan independen serta melibatkan seluruh pemangku kepentingan, sehingga dapat menghindari dampak yang tidak dapat dibenahi akibat pembuangan limbah air terkontaminasi nuklir ke laut tersebut.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023