Sydney (ANTARA News) - Lebih dari 10.000 orang berpawai melewati kota terbesar Australia Sabtu sambil menyerukan Israel agar menghentikan serangan-serangannya di Lebanon. Mereka mengibarkan bendera Australia dan Lebanon serta mengusung keranda-keranda dan pamflet-pamflet bertuliskan `Jangan Perang` saat melewati jalan-jalan pusat Sydney, yang dikawal oleh sekitar 400 polisi. Mantan tahanan Teluk Guantanamo, Mamdouh Habib dan pemimpin spiritual masyarakat Muslim Australia, Sheikh Taj Aldin Alhilali turut ambil bagian dalam aksi demonstrasi ini, yang dikatakan polisi dilakukan dengan damai. Seorang wanita Lebanon-Australia, yang hanya menyebutkan namanya Diana, mengatakan kepada kantor berita Australia ASP, bahwa dia takut terhadap nasib keluarganya yang ada di Lebanon. "Mereka membunuh anak-anak dan menguburkan mereka di bawah reruntuhan puing," katanya. "Sesuatu telah dilakukan mengenai ini. Saya mendapat kabar ibu, bapak saya di Lebanon, kakek saya mengungsi ke pegunungan dan saudara lelaki serta keluarga saya beruntung bisa melarikan diri." Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer mengatakan bahwa pemerintahnya akan mencarter beberapa pesawat untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon ke Cyprus dan Turki. Lebih dari 6.000 warga Australia dirancang akan diselamatkan dengan menggunakan kapal-kapal carter pada Ahad malam. Untuk itu 65 personil militer dan 26 staf diplomatik tambahan dikirimkan ke Lebanon pada akhir pekan ini untuk membantu proses evakuasi. Downer mengatakan, para pengungsi yang tinggal di Australia akan diterbangkan ke Australia dari Cyprus atau Turki secara gratis, sedangkan bagi warga yang sejak mula tinggal di Lebanon akan diganti pemerintah setelah mereka tiba di tujuan. Lebih dari 160.000 warga Australia mengaku berasal dari keturunan Lebanon, membuat mereka menjadi salah satu kelompok etnis terbesar setelah Inggeris, Italia dan Yunani. Di sana juga terdapat sekitar 25.000 warga dengan dwi-kewarganegaraan Lebanon-Australia, yang tinggal di Libanon. Pemerintah telah menolak kecaman-kecaman bahwa proses evakuasi warga Australia dari Lebanon tersebut terlalu lamban. Perdana Menteri John Howard mengatakan operasi yang melibatkan logistis besar-besaran ini seperti gerakan terbesar warga Australia di luar negeri yang pernah terjadi sepanjang sejarah kita, demikian AFP dan DPA.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006