Kami hanya meminta jerih payah mengantre di Bank Indonesia yang lamanya bukan cuma satu atau dua jam, tapi terkadang sampai setengah hari."
Banjarmasin (ANTARA News) - Idul Fitri masih jauh. Namun demikian, pejual jasa penukaran uang sudah mulai bermunculan di Banjarmasin. Jasa mereka memang diperlukan karena pada hari raya umat Islam ini banyak masyarakat memerlukan uang pecahan kecil untuk dibagikan kepada anak-anak.

Keberadaan penjual jasa penukaran uang, guna persiapan menghadapi lebaran Idul Fitri tersebut, pada tahun ini lebih awal karena sudah bermunculan walau baru memasuki hari keempat (bagi yang berpuasa 10 Juli 2013) puasa Ramadhan 1434 Hijriah.

Sedangkan tahun-tahun sebelumnya, penjual jasa penukaran uang tersebut baru muncul sekitar setengah bulan menjelang lebaran Idul Fitri atau paling cepat pada minggu kedua puasa Ramadhan.

Penjualan jasa penukaran uang kembali bermunculuan di tepi-tepi jalan protokol atau jalan umum di Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan, demikian dilaporkan, Jumat.

Hendra (32), warga Alalak, Kecamatan Banjarmasin Utara yang juga penjual jasa penukaran uang, mengaku, dirinya melakukan usaha tersebut, karena pekerjaan itu cukup menjanjikan keuntungan.

Sebagai contoh, selama Ramadhan 1433 H atau tahun lalu, pemuda beranak dua tersebut mengantongi keuntungan sekitar Rp6,5 juta dari menjual jasa penukaran uang.

"Namun untuk mendapatkan keuntungan Rp6,5 juta itu, omset atau modalnya mencapai belasan juta rupiah, guna menyediakan berbagai nilai nominal mata uang," ujarnya menjawab ANTARA Kalsel.

"Guna memberi daya tarik dan memudahkan orang menukarkan duitnya, persediaan mata uang dengan nominal yang beragam pula, yaitu dari pecahan Rp1.000, Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000 dan Rp50.000," lanjutnya.

Ia menerangkan, jasa penukaran uang tersebut juga bervariasi, seperti seseorang yang mau menukarkan uangnya dengan recehan Rp1.000 (menukarkan uang Rp100.000 dengan Rp1.000), harus memberi jasa Rp20.000.

Berbeda menukarkan uang sebanyak Rp1.000.000 dengan mata uang Rp10.000, yang bersangkutan cukup memberi jasa penukaran Rp50.000.

Ia membantah, kalau dirinya bersama kawan-kawan sesama penjual jasa penukarang uang tersebut dikategorikan penjual uang. "Karena kami juga tahu dan sadar, tak boleh menjual belikan uang," katanya.

"Kami hanya meminta jerih payah mengantre di Bank Indonesia yang lamanya bukan cuma satu atau dua jam, tapi terkadang sampai setengah hari untuk mendapatkan giliran menukar uang," lanjutnya.

Oleh sebab itu pula, jasa penukaran uang yang ditawarkan kepada mereka yang mau menukarkan uang di jalan tersebut, bukan harga mati dan masih bisa tawar menawar, demikian Hendra.

Pewarta: Syamsuddin Hasan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013