Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Indonesia siap untuk menjadi produsen electric vehicle atau kendaraan listrik di pasar global.

“Pengembangan industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) Indonesia saat ini mendapatkan momentum baik karena didukung kondisi Indonesia yang merupakan produsen bahan mineral logam nikel terbesar di dunia,” kata Airlangga dalam acara Seremoni Produksi Perdana Omoda 5 Electric Vehicle (EV) di Bekasi, Sabtu.

Sebagai upaya percepatan produksi EV di Indonesia, Menko Airlangga mengapresiasi komitmen PT Chery Motor Indonesia dan PT Handal Indonesia Motor yang akan merealisasikan produksi EV di Indonesia.

Baca juga: Kemenko Marves soroti peran RI bangun rantai pasok EV global di COP28

"Kontribusi tersebut akan turut bermanfaat dalam pengembangan industri otomotif yang bertransformasi menuju era elektrifikasi dan ekosistem ramah lingkungan," katanya.

Airlangga juga menyampaikan harapannya bahwa dengan dengan dimulainya produksi perdana mobil Omoda 5 EV ini akan dapat mendiversifikasi jenis mobil listrik di Indonesia dan memberikan alternatif pilihan yang lebih banyak bagi konsumen.

“Saya juga berharap kepada Chery Indonesia untuk mempertimbangkan produksi mobil listrik di Indonesia sebagai basis ekspor, antara lain untuk pasar Vietnam, Filipina, dan Australia. Ekosistem EV dan baterai sudah lengkap, sehingga Indonesia cukup efisien sebagai produsen EV untuk pasar global. Oleh karena itu, kami tunggu peluncuran produknya, dan investasi lanjutan juga ditunggu pemerintah,” ujarnya.

Baca juga: Wamendag sebut Indonesia berpeluang besar jadi produser baterai EV

Menurut dia, pengembangan kendaraan listrik di Indonesia akan semakin masif ke depan seiring mengalirnya investasi dari pabrikan kendaraan listrik. Hingga awal Kuartal IV-2023, penjualan domestik mobil listrik tercatat mencapai 11.916 unit.

Berdasarkan kajian ERIA, potensi manfaat pada tahun 2040 yang didapatkan Indonesia melalui penghematan impor BBM dengan implementasi mobil listrik/BEV dapat mencapai 15 miliar dolar AS dan sepeda motor listrik 10 miliar dolar AS. Selain itu, Indonesia juga telah menjajaki potensi hydrogen fuel cell sebagai bagian dari upaya mempromosikan solusi energi berkelanjutan dan bersih tanpa emisi.

Beberapa insentif telah dikeluarkan pemerintah untuk mempercepat implementasi EV di Indonesia, di antaranya insentif bantuan untuk EV roda dua baru dan konversi senilai Rp7 juta, kemudian insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) untuk mobil dan bus listrik dengan nilai TKDN minimal 40 persen akan diberikan insentif PPN sebesar 10 persen untuk mobil listrik dan untuk bus listrik dengan TKDN lebih dari 20-40 persen diberikan insentif PPN sebesar 5 persen.

Baca juga: Industri EV ciptakan ekonomi baru

“Dengan produk yang sudah menggunakan local content mencapai 40 persen, kami berharap Chery akan dapat penetrasi ke pasar lebih cepat dengan fasilitasi fiskal dari pemerintah,” katanya.

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023