Makassar (ANTARA) - Enam jenis padi peranakan Jepang hasil pengembangan radiasi nuklir dikembangkan di Sulawesi Selatan.

"Enam benih padi hasil radiasi nuklir dari Organisasi Riset Teknologi Nuklir (ORTN), Badan Riset dan Inovasi (BRIN) telah dikembangkan di Sulsel," kata Penangkar Benih padi hasil radiasi nuklir, Ilham Akbar di Makassar, Senin.

Keenam benih padi tersebut adalah Sidenuk, Mustajab, Bestari, Isora, Tropiko dan Diahsuci.

Menurut Ilham, benih tersebut merupakan kelas benih penjenis atau breeder seed. Jenis varietas Sidenuk adalah benih padi pertama yang dikembangkan olehnya di lahan persawahan milik orang lain seluas dua hektar di Kabupaten Gowa, Sulsel sejak tahun 2013.

Baca juga: Batan: Banyak masyarakat tak tahu, nuklir bisa topang ketahanan pangan

Baca juga: Indonesia persiapkan nuklir untuk perangi kelaparan


Ilham tidak menyangka bila hasil panennya sangat banyak dan diminati sejumlah petani, khususnya di Sulsel. Hasil panen dalam 1 hektare bisa mencapai 10 ton gabah dan kini jumlah peminatnya semakin banyak dari beberapa provinsi di Indonesia, di antaranya Aceh, Lampung, Jawa Barat, dan Polewali Mandar (Sulawesi Barat), Ambon.

"Jika dulu dirinya mampu membudidayakan varietas benih padi tersebut untuk dua kali tanam saja, kini dia telah mampu menghasilkan penangkaran benih padi hasil radiasi nuklir tersebut dengan empat kali," ujarnya.

Dia mengatakan harganya memang terbilang mahal yakni Rp45.000 per kg, tetapi kualitasnya sangat baik dan itu bisa dimanfaatkan untuk empat kali tanam.

Saat ini lanjut dia, dirinya akan lebih fokus mengembangkan enam jenis benih padi hasil radiasi nuklir tersebut, yang kini telah masuk dalam kelas benih penjenis/breeder sheed (BS).

“Ini merupakan sumber perbanyakan benih inti yang dipercayakan peneliti untuk dibudidayakan,” ujarnya.

Ilham yang kini menjadi produsen benih padi tersebut, menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelas benih dalam sertifikasi benih, yaitu benih penjenis (breeder sheed/BS) atau berlabel warna kuning, benih dasar (BD), berlabel putih, benih pokok (BP) berlabel ungu dan benih sebar (BS) yang berlabel biru.

Sementara itu, petani di Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa Hasanuddin mengatakan sudah merasakan banyak manfaat dari penanaman padi jenis baru peranakan Jepang itu.

Dia mengatakan merawat tanamannya tidak terlalu susah, namun hasilnya maksimal sehingga memberikan nilai tambah bagi petani jika dibandingkan menggunakan bibit padi jenis sebelumnya.*

Baca juga: Batan bantu perbaikan varietas padi lokal Landak dengan teknik radiasi

Baca juga: Petani Sulbar minati beras "nuklir" Batan

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023