Rupiah masih berpeluang menguat hari ini meskipun sempat tertekan terhadap dolar AS kemarin.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah kembali menguat di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).

"Rupiah masih berpeluang menguat hari ini meskipun sempat tertekan terhadap dolar AS kemarin," kata Ariston kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi naik sembilan poin atau 0,06 persen menjadi Rp15.496 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.505 per dolar AS.

Baca juga: Penguatan rupiah tertahan sentimen The Fed

Ia menuturkan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS masih mempengaruhi pergerakan dolar AS. Investor pasar saham secara luas memperkirakan Bank Sentral AS atau The Fed akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan pekan depan.

Suku bunga berjangka juga menunjukkan kemungkinan 65 persen penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed Maret, menurut alat FedWatch CME Group.

Selain itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS khususnya tenor 10 tahun mengalami penurunan ke area 4,18 persen, dibandingkan posisi sebelumnya di kisaran 4,2-4,3 persen.

Pelaku pasar masih mempertimbangkan data-data terbaru ekonomi AS yang dirilis pekan ini seperti data tenaga kerja dan tingkat pengangguran.

"Pekan ini data tenaga kerja AS yang mulai dirilis Rabu malam hingga Jumat malam bisa menjadi mover rupiah terhadap dolar AS ke depan," ujarnya.

Baca juga: Rupiah melemah sebab imbal hasil obligasi AS rebound

Ariston memperkirakan potensi penguatan rupiah ke arah Rp15.450 per dolar AS, sementara resisten di sekitar Rp15.550 per dolar AS hari ini.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas untuk memitigasi kenaikan suku bunga AS atau Federal Funds Rate (FFR) dan mata uang dolar AS yang kuat.

Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo  mengatakan, intervensi di pasar valas difokuskan pada transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Upaya tersebut merupakan bagian dari langkah BI untuk terus memperkuat respons bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Upaya lain yang dilakukan untuk memitigasi kenaikan FFR dan mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah adalah dengan menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Baca juga: Dolar menguat didorong PMI Jasa AS yang lebih baik dari perkiraan

Selain itu, untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar, Bank Indonesia juga menetapkan tujuh jenis instrumen yang dapat menjadi instrumen penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) dan pemanfaatan atas instrumen penempatan DHE SDA tersebut untuk saat ini.

Tujuh instrumen tersebut adalah Rekening Khusus DHE SDA, Deposito Valas Bank, Term Deposit Valas DHE SDA, Promissory Notes Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Penempatan deposito valas yang dapat dimanfaatkan menjadi agunan kredit Rupiah, Swap Valas Nasabah–Bank, dan Swap Valas Bank–BI.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023