Jakarta (ANTARA News) - Ketua Tim Nasional Pengembangan Bioenergi, Al Hilal Hamdi, mengatakan pemerintah tengah menyiapkan pemberian insentif fiskal di bidang investasi, perdagangan dan riset untuk mempercepat pengembangan bioenergi. "Kita sedang menyiapkan insentif fiskal untuk pemberian tax holiday, tax allowance, dan pengurangan pajak untuk riset dan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)," kata Hamdi usai Rapat Kabinet terbatas di kantor Setneg, Jakarta, Senin. Pemberian insentif itu, kata mantan Menakertrans itu, dilakukan agar pembangunan pabrik biofuel atau bahan bakar nabati di Indonesia menjadi lebih menarik dibandingkan negara lain. Sementara untuk pendanaan pengembangan proyek ini, lanjut dia, pemerintah melihat ada potensi dana sebesar Rp100 triliun untuk lima tahun dari perbankan umum, antara lain untuk pemberian kredit kepada petani plasma kelapa sawit. "Untuk tebu dan singkong juga bisa kalau sifatnya komersial, sementara untuk jarak pagar dananya dari pemerintah," katanya. Namun menurut dia, perbankan meminta agar pemberian kredit tersebut disubsidi pemerintah sehingga bunga yang sampai ke petani hanya sekitar 10 persen. "Untuk subsidi ini masih dipelajari angka-angkanya, juga harus dikonfirmasi oleh bank," katanya. Mengenai perusahaan yang sudah berniat mengembangkan bioenergi ini, selain BUMN Agro, perusahaan swasta nasional yang sudah berpartisipasi adalah Sinar Mas, Argo Lestari, Molindo dan PT HM Sampurna. Sementara untuk investor asing yang akan masuk antara lain CITIC dari China, Itochu dari Jepang, Greenergy dari India, dan perusahaan dari AS dan Italia. Perusahaan CITIC akan membuka lahan tebu dan singkong sebanyak 200 hektar bekerjasama dengan PT Sinar Mas, sementara Itochu bekerjasama dengan Molindo membangun pabrik ethanol di Lampung dengan produksi 120 ton per hari, sedangkan Greenergy akan membuka perkebunan jarak pagar, dan perusahaan AS sedang mencari lahan di sembilan daerah yang dekat dengan pembangkit PLN. Hamdi juga mengatakan, PT HM Sampurna akan membangun pabrik ethanol di Jawa Timur bekerjasama dengan PT PN XI yang menyediakan tetes tebu dan singkong. Pabrik yang bernilai investasi 80 juta dolar AS itu akan dibangun mulai tahun ini dan akan menghasilkan ethanol sebanyak 160 ribu ton per tahun.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006