Yang menjadi poin penting, terkait bagaimana pupuk bisa sampai ke lahan
Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan salah satu poin penting terkait permasalahan pupuk adalah penyaluran yang harus tepat sasaran hingga ke pengguna dan bukan hanya hingga pemilik lahan.

"Yang menjadi poin penting, terkait bagaimana pupuk bisa sampai ke lahan. Bukan (hanya) ke orang. Karena di lapangan pemilik lahan belum tentu petaninya. Ini selalu kita temukan," kata Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rachmi Widiarini dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Deputi Rachmi mengaku sering menemukan fakta bahwa masalah pupuk tidak tepat sasaran karena hanya mengacu pada para petani pemilik lahan. Sementara yang menggarap pertanian kerap hanya butuh tani yang mengeksekusi di lapangan.

"Kita khawatir (pupuk) di pemilik lahan bergeser. Karena dia belum tentu atau bukan dia yang mengolah lahan," ucapnya.

Selain menjaga penyaluran pupuk agar tepat sasaran, Rachi juga menyampaikan bahwa Bapanas akan memaksimalkan pemenuhan kebutuhan pangan melalui serapan dari dalam negeri.

Keputusan untuk mengimpor, disebutnya hanya sebagai dilakukan secara terukur dan hanya jika kebutuhan pangan belum mampu terpenuhi dari dalam negeri.

"Harus direncanakan berapa yang akan diimpor, di mana tujuannya, jenisnya apa, dan bulan apa akan datang. Ini semua harus jelas agar produksi dalam negeri tidak tertekan," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Peneliti BRIN I Gusti Made Sudiksa yang menjadi menjelaskan tentang pemahaman lahan di Indonesia yang selama ini salah kaprah, seolah-olah semua lahan itu subur. Padahal tidak semua subur dan bahkan sebagian besar tanah justru tidak subur.

“Sementara variabel kesuburan tanah ini yang menjadikan kebijakan pertanian salah arah karena terjadi penyamarataan kebijakan untuk semua," ungkap Sudiksa.

Selain itu, ia juga memaparkan bahwa BRIN tentang menggarap teknologi yang diyakini kan memberikan dampak baik terhadap produktivitas pangan ke depan melalui penggunaan pupuk hayati.

"Kita sudah banyak melakukan riset, bagaimana bisa mengekstrak lahan dengan kandungan unsur hara yang terpendam di dalam tanah. Kemudian bagaimana kita menetapkan sistem budidaya yang baik terkait pengelolaan pupuk supaya lebih efisien," tuturnya.

Baca juga: Pupuk Indonesia-PLN teken perjanjian studi pengembangan green ammonia
Baca juga: Nilai investasi pabrik Pupuk Kaltim di Papua mencapai Rp15,3 triliun


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023