Ini terjadi setelah Ben Bernanke (Gubernur Bank Sentral AS) mengatakan quantitative easing mau di-scale back, jadi isunya lebih di neraca modal,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, dikarenakan adanya tekanan pada neraca modal.

"Ini terjadi setelah Ben Bernanke (Gubernur Bank Sentral AS) mengatakan quantitative easing mau di-scale back, jadi isunya lebih di neraca modal," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu.

Chatib mengatakan tekanan pada neraca modal ini terjadi akibat keluarnya dana pada portfolio surat utang maupun saham, karena para investor menarik investasi mereka atas kepemilikan di instrumen obligasi.

Ia menjelaskan fenomena global ini terjadi di seluruh negara berkembang, dan hampir seluruh mata uang mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Namun depresiasi rupiah relatif lebih ringan dibandingkan mata uang lain.

"Arus modal keluar karena sesuatu yang eksternal, tapi rupiah termasuk yang depresiasinya paling rendah dibandingkan, misalnya, Korea Won," kata Chatib.

Chatib mengatakan tekanan pada neraca modal masih akan terjadi dan secara keseluruhan mempengaruhi defisit transaksi berjalan, namun pemerintah berupaya untuk mengurangi tekanan pada neraca transaksi berjalan.

Salah satu hal yang telah diupayakan untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan adalah mengurangi impor BBM berkat kebijakan penyesuaian harga serta mendorong kinerja ekspor.

"Yang mesti diwaspadai adalah neraca modal, tapi kita sudah selesaikan masalah BBM dan impor migas turun, kemudian memacu ekspor," ujarnya.

Nilai tukar rupiah masih berada dalam area negatif atau melemah sebesar 20 poin terhadap dolar AS, menjelang pernyataan Bank Sentral AS atau The Fed mengenai stimulus keuangan AS.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada Rabu sore, bergerak melemah menjadi Rp10.030 dibanding posisi sebelumnya sebesar Rp10.010 per dolar AS.

"Dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia, termasuk dengan rupiah menjelang testimoni ketua Federal Reserve Ben Bernanke mengenai kelanjutan stimulus keuangan AS," kata analis Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah nilainya menjadi Rp10.040 dibanding posisi sebelumnya (16/7) Rp10.036 per dolar AS.
(S034/B012)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013