Tak ada satu pun yang pernah dimintai pertanggungjawaban..
New York (ANTARA) - Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ) pada Kamis menyambut baik rilis laporan Amnesty International, Human Rights Watch, Reuters dan Agence France-Presse (AFP) tentang serangan mematikan 13 Oktober terhadap jurnalis di Lebanon selatan.

CPJ juga menegaskan kembali seruannya untuk investigasi cepat, independen dan terbuka yang meminta pertanggungjawaban para pelaku.

Investigasi yang dilakukan dua kelompok HAM dan dua layanan wire internasional menemukan bahwa serangan yang menewaskan jurnalis Reuters, Issam Abdallah, dan melukai enam lainnya kemungkinan besar serangan sengaja yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap warga sipil, yang menjadi kejahatan perang, kata CPJ.

Laporan yang diteliti secara ekstensif itu meliputi testimoni saksi dan analisis video, audio, sisa mesiu dan citra satelit.

“Temuan mereka mirip dengan laporan CPJ pada Mei 2023, yang menunjukkan pola kekuatan mematikan yang dilakukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang menewaskan 20 jurnalis selama 22 tahun terakhir," menurut pernyataan CPJ.
Baca juga: Amnesti: Bunuh wartawan, Israel harus diselidiki atas kejahatan perang

"Tak ada satu pun yang pernah dimintai pertanggungjawaban. Laporan CPJ, 'Pola Mematikan', menguak bahwa mayoritas dari 20 jurnalis yang tewas - sedikitnya 13 orang - teridentifikasi jelas sebagai anggota media atau berada di dalam kendaraan yang bertuliskan pers," lanjutnya.

Sejak 7 Oktober CPJ telah mendokumentasikan sedikitnya 63 kematian jurnalis dan pekerja media yang menjadikan perang Israel dan Gaza sebagai periode paling mematikan bagi jurnalis yang meliput konflik sejak CPJ mulai mendokumentasikan korban jiwa pada 1992.

CPJ berulang kali menegaskan bahwa berdasarkan hukum internasional, jurnalis adalah warga sipil yang harus dihormati dan dilindungi oleh semua pihak yang bertikai dan sengaja menargetkan jurnalis atau infrastruktur media merupakan kejahatan perang.

Selain Issam Abdallah, dua jurnalis Al Mayadeen TV yakni reporter Farah Omar dan kameramen Rabih Maamari serta pemandu setempat mereka Hussein Akil tewas akibat tembakan Israel pada 21 November di Desa Teir Harfa di Provinsi Tyre.

Mereka terbunuh saat meliput kejadian di Lebanon selatan yang berbatasan dengan Israel.

Baca juga: Israel terbukti bunuh jurnalis kantor berita Reuters di Lebanon
Baca juga: Sudah 67 wartawan tewas di Jalur Gaza


Sumber: WAFA

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023