Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian terkait jalur migrasi ikan atau fishway untuk pengelolaan sumber daya perairan sungai yang berkelanjutan di Indonesia.
 
Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN Arif Wibowo mengatakan keberadaan jalur ikan sangat penting karena bendungan dapat menghalangi ikan air tawar dalam melakukan migrasi.
 
"Proyek jalur ikan itu berjalan sejak 2020 hingga 2025," kata Arif dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
 
Inisiasi proyek jalur ikan itu awalnya ada di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Charles Sturt University (CSU) Australia. Namun, sekarang kegiatan riset terintegrasi ke dalam BRIN.

Baca juga: KKP dorong pembangunan jalur migrasi ikan dalam pembuatan bendungan

Baca juga: Dinas Perikanan OKU bangun rumah produksi maggot dan cacing sutra
 
Di Indonesia, bendungan yang memiliki jalur ikan hanya ada pada Bendung Perjaya di Sumatera Selatan, Bendung Batanghari di Jambi, dan Bendungan PLTA Poso di Sulawesi Tengah.
 
Arif menuturkan bendungan dapat menghalangi ikan dalam melalukan migrasi untuk bertelur, mencari makan, berlindung, dan menghindari polusi atau lingkungan ekstrem.
 
Kondisi itu dapat mengakibatkan terganggunya siklus hidup ikan yang berdampak pada penurunan jumlah dan jenis ikan, bahkan dapat menyebabkan beberapa spesies ikan air tawar punah.
 
Menurutnya, proyek pembangunan bendungan perlu memastikan konektivitas sungai guna mendukung konservasi sumber daya ikan air tawar.
 
"Jalur ikan adalah konstruksi bangunan air yang dirancang untuk membantu ikan bernavigasi melewati penghalang buatan di sungai (bendung dan bendungan), sehingga ikan dapat bermigrasi dari area hulu ke hilir sungai atau sebaliknya," kata Arif.
 
Jalur ikan tersebut juga dikenal sebagai tangga ikan karena strukturnya menyerupai tangga menghubungkan hulu dan hilir sungai yang dibendung.
 
Proyek pengembangan jalur ikan itu merupakan bagian dari program regional project fishway di Asia Tenggara, antara lain di Kamboja, Laos, Vietnam, dan Indonesia.
 
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Indonesia memiliki 3.530 bendung dan bendungan. Infrastruktur itu bermanfaat untuk sistem irigasi dan pembangkit listrik tenaga air atau PLTA.
 
Indonesia memiliki 1.172 spesies ikan air tawar, termasuk yang paling spesifik di dunia. Sebanyak 630 spesies di antaranya berstatus endemik dan Indonesia menjadi negara dengan keanekaragaman spesies ikan nomor dua tertinggi di dunia.
 
BRIN sudah melalukan survei lapangan terkait penelitian jalur ikan ke beberapa lokasi, di antaranya mengembangkan konsep jalur ikan seperti Sungai Cibareno dan Ciwulan di Jawa Barat.
 
Selain itu, BRIN juga mengkaji efisiensi jalur ikan yang ada pada Bendungan Perjaya di Sumatera Selatan, Batanghari di Jambi, dan Poso di Sulawesi Tengah.
 
Penerapan jalur ikan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan keanekaragaman hayati ikan. BRIN terus melakukan penelitian karena pembangunan jalur ikan bersifat spesifik bergantung pada lokasi pembangunan.
 
“Dari riset kami, kinerja jalur ikan Bendungan Perjaya di Sumatera Selatan masih kurang optimal. Kami menyarankan rancangan potensial, di mana diperlukan modifikasi untuk meningkatkan efektivitas jalur ikan agar dapat melewatkan lebih banyak ikan dan disesuaikan dengan kondisi perairan setempat,” ujar Arif.*

Baca juga: Kemenlutkan dampingi desa di Manggarai Timur budidaya ikan air tawar

Baca juga: IPB: Kayu manis dapat tingkatkan kualitas daging ikan air tawar

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023