Ankara (ANTARA) - China pada Sabtu mengatakan bahwa veto Amerika Serikat atas resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza "mengecewakan dan disesalkan".

"Sangat mengecewakan dan disesalkan bahwa rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza diveto," kata Wakil Tetap China untuk PBB Zhang Jun di X.

Dia mengatakan rancangan resolusi itu didukung oleh hampir 100 negara, termasuk China.

"Meski resolusi itu diveto, pandangan masyarakat internasional sangat jelas: gencatan senjata kemanusiaan adalah prioritas utama," katanya.

"Kami tidak akan berhenti, tetapi terus berupaya untuk menyelamatkan nyawa, menegakkan keadilan dan menciptakan perdamaian."

Membiarkan pertempuran terus berlangsung sambil mengaku peduli pada kehidupan dan keselamatan orang-orang di Gaza serta kebutuhan kemanusiaan di sana adalah hal yang "kontradiktif," kata Zhang dalam pernyataan terpisah.

"Membiarkan pertempuran berlanjut sambil menganjurkan pencegahan meluasnya konflik adalah tindakan yang menipu diri sendiri. Membiarkan pertempuran berlanjut sambil menyebut perlindungan perempuan dan anak perempuan serta hak asasi manusia adalah tindakan yang sangat munafik. Semua ini, sekali lagi, menunjukkan apa itu standar ganda," katanya.

Zhang mendesak Israel untuk memerhatikan seruan dunia dan menghentikan "hukuman kolektif" terhadap orang-orang di Gaza.

"Kami mendukung mediasi diplomatik lebih lanjut untuk mendorong pembebasan segera semua orang yang ditawan. Kami menyerukan kepada semua pihak terkait untuk mengerahkan segala upaya demi tujuan bersama mengakhiri pertempuran di Gaza, untuk tetap menjaga harapan kelangsungan hidup rakyat Palestina, dan untuk tetap menjaga harapan perdamaian di kawasan Timur Tengah," kata dia.

AS pada Jumat (8/12) memveto resolusi tersebut, yang diajukan oleh UEA dan didukung lebih dari 90 negara anggota PBB.

Dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara itu, 13 suara mendukung sedangkan Inggris menyatakan abstain.

Israel melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza pada 1 Desember setelah jeda kemanusiaan dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas berakhir setelah berlangsung selama sepekan.

Sedikitnya 17.487 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 46.480 lainnya terluka akibat serangan-serangan tanpa henti Israel dari udara dan darat di daerah kantong Palestina itu sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas.

Di lain pihak, jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas itu mencapai 1.200 orang, menurut data resmi.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Pemerintah Inggris dikritik karena abstain soal gencatan senjata Gaza
Baca juga: Palestina: Veto AS atas gencatan senjata di Gaza adalah 'bencana'

Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023