Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengkhawatirkan pemadaman listrik bergilir yang masih terjadi akan menyebabkan investor berfikir ulang untuk menanamkan investasinya di Indonesia, karena menimbulkan peningkatan biaya listrik dan ketidakpastian. Hal itu diungkapkan Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat di Jakarta, Selasa, menanggapi pemadaman listrik bergilir di Jawa dan Bali dalam beberapa hari ini akibat sejumlah pembangkit listrik kekurangan pasokan BBM. "Hal itu membuat posisi industri tidak bersaing. Banyak investor asing yang mau masuk sekarang mulai berfikir (ulang), karena komponen biaya listrik menjadi lebih mahal dibandingkan negara lain," ujarnya. Ia mengatakan akibat pemadaman listrik, kalangan dunia usaha mau tidak mau harus mengalihkan penggunaan listrik PLN dengan diesel yang satuan harga listriknya menjadi lebih besar dan tidak bersaing. "Faktor-faktor itu membuat ketidakpastian dan membuat biaya kita yang tidak efisien menjadi lebih besar untuk melakukan investasi industri manufaktur," ujar Hidayat. Hal senada dikemukakan Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor Indonesia Hadi Surjadipradja. Kepada ANTARA ia mengatakan ada sejumlah industri komponen yang batal menanamkan investasi atau menambah kapasitas karena tarif listrik yang dikenakan lebih tinggi yaitu tarif multiguna. "Akibatnya investor takut menanamkan modalnya, bahkan yang ada saja kesulitan untuk menambah kapasitas karena pasokan harga listrik untuk penambahan kapasitas menggunakan tarif multiguna," katanya. Diakuinya dalam kondisi industri otomotif yang lesu banyak industri komponen yang pemanfaatan kapasitas produksinya menurun, namun ada juga yang naik terutama mereka yang produksi komponen untuk suku cadang kendaraan yang masih banyak diminati. Menanggapi pemadaman listrik bergilir, Menperin Fahmi Idris mengakui pengaruhnya pasti ada bagi kalangan dunia usaha khususnya sektor industri. Namun ia yakin, kalangan industri terutama industri besar pasti memiliki sistem "back up" (cadangan) sehingga tidak mengganggu produksi. "Kan matinya (listrik) cuma empat jam," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006