Kendari (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus berupaya untuk menurunkan angka stunting dengan cara memperkuat kapasitas para penyuluh Keluarga Berencana (KB) dengan strategi komunikasi antar-personal sebagai pendamping calon pengantin.

"Keluarga merupakan institusi terkecil di masyarakat yang perlu perhatian khusus agar menjadi keluarga yang berkualitas. Karena dari keluarga ini akan muncul sumber daya manusia berkualitas mulai dari aspek pemenuhan gizi agar tidak menjadi anak stunting," ujar Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (Adpin) BKKBN Pusat Sukaryo Teguh Santoso, dalam pernyataan resminya yang diterima, di Kendari, Selasa.

Baca juga: BKKBN fokus dampingi calon pengantin lewat TPK untuk cegah stunting

Teguh menyampaikan bahwa aparatur sipil negara (ASN) harus punya kompetensi, kemampuan yang riil bisa dilakukan dan terukur. Dan ada tiga kompetensi bagi ASN meliputi, manajerial, teknis, dan sosiokultural.

"Sebentar lagi kita akan mengakhiri tahun 2023 dan memasuki tahun 2024 yang juga sebagai akhir secara pembangunan jangka menengah pada tahun 2020-2024. Pada 2024, BKKBN dipertaruhkan untuk dua hal, yang pertama, tentu semua indikator kinerja yang disepakati, yang dimandatkan oleh BKKBN dan disepakati bersama, harus tercapai dengan baik," kata Teguh.

Baca juga: BKKBN: Tim pendamping keluarga berperan edukasi calon pengantin 

Teguh menjelaskan, data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia harus perlu ditingkatkan, walaupun terus meningkat sejak tahun 2020 sebesar 72,01 menjadi 74,39 pada tahun 2023. Rata-rata lama sekolah (RLS) pada tahun 2023 baru 8,77 tahun, serta stunting masih di angka 21,6 persen dan harus kita turunkan menjadi paling tinggi 14 persen di tahun 2024.

"Maka di sinilah peran keluarga menjadi sangat penting. Bersamaan dengan itu peluang bonus demografi harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui penguatan Sumber Daya Manusia," lanjut Teguh.

Baca juga: BKKBN: TPK kawal kesehatan calon pengantin lewat Aplikasi Elsimil

Teguh mengatakan kita bersyukur, dua tahun terakhir ini, prevalensi stunting kita sudah menunjukkan angka penurunan yang cukup signifikan. Tetapi, prevalensi yang saat ini 21,6, masih harus kita kejar karena 2024 harus mencapai prevalensi 14 persen.

Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023