Nanjing (ANTARA) - Masyarakat kota Nanjing mengheningkan cipta, dan sirene pun terdengar di seluruh penjuru kota itu saat China menggelar upacara peringatan pada Rabu (13/12) untuk mengenang 300.000 korban Pembantaian Nanjing.

Meski diterpa cuaca dingin, ribuan orang yang mengenakan pakaian berwarna gelap dengan bunga putih yang disematkan di dada menghadiri upacara peringatan nasional ke-10 untuk mengenang para korban di Nanjing, Provinsi Jiangsu, China timur.

Bendera nasional China dikibarkan setengah tiang di depan peserta upacara, yang terdiri dari penyintas pembantaian, pelajar setempat, dan para sahabat dari negara lain.

Pada pukul 10.01 waktu setempat, suara sirene pun mulai berkumandang. Para pengemudi di pusat kota menghentikan mobil mereka dan membunyikan klakson, sementara para pejalan kaki mengheningkan cipta sejenak untuk mengenang para korban.

Lebih dari 80 anak muda membacakan deklarasi perdamaian, dan perwakilan warga membunyikan Lonceng Perdamaian. Kawanan burung merpati putih, yang melambangkan harapan akan perdamaian, dilepaskan di alun-alun Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Penjajah Jepang.

Pada 2014, badan legislatif tertinggi China menetapkan 13 Desember sebagai hari peringatan nasional untuk para korban Pembantaian Nanjing, yang terjadi ketika pasukan Jepang menduduki kota tersebut pada 13 Desember 1937. Penjajah Jepang secara brutal membunuh sekitar 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata China dalam waktu enam pekan, salah satu episode paling biadab dalam Perang Dunia II.

Pada tahun ini, jumlah penyintas Pembantaian Nanjing yang terdaftar telah berkurang menjadi hanya 38 orang. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023