Para pemimpin kudeta militer terus meneror pengunjuk rasa damai di Mesir."
Kairo (ANTARA News) - Tekanan terhadap para pemimpin baru Mesir agar membebaskan Mohammad Moursi terus meningkat pada Selasa sementara bentrokan-bentrokan antara para pendukung dan anti presiden yang digulingkan itu menewaskan 10 orang.

Bentrokan-bentrokan pecah pada Senin dan berlanjut hingga malam. Puluhan orang terluka, sehari setelah keluarga Moursi bertekad akan membawa pihak militer ke pengadilan karena penggulingan itu, lapor AFP dan Reuters.

Kementerian Dalam Negeri memperingatkan pada Selasa pihaknya akan mengambil tindakan terhadap mereka yang tak mematuhi peraturan dan mendesak siapa saja untuk memelihara kebebasan berekspresi secara damai menysul pertumpahan darah paling akhir.

Sedikitnya enam orang meninggal Selasa pagi ketika kelompok anti Moursi menyerang pendukung presiden terguling itu yang mengadakan aksi duduk di Universitas Kairo, media negara melaporkan.

Di kawasan Al-Nahda dekat universitas itu, sedikitnya 16 mobil dibakar dalam bentrokan-bentrokan, kata seorang korespondedn AFP.

Pada Selasa, 1.000-2.000 pengunjuk rasa pro-Moursi tetap berada di alun-alun itu.

Sejumlah di antara mereka mengitari lokasi ceceran darah akibat bentrokan semalam dengan lemparan batu dan memasang tanda yang tertulis inilah tempat syuhada jatuh selama kekerasan.

Pertumpahan darah terbaru itu terjadi saat keluarga Moursi mengatakan mereka berencana akan menggugat militer karena "menculik" presiden terpilih itu, yang ditahan sejak kudeta 3 Juli.

Para pendukung Islamnya telah bersumpah akan meneruskan protes sampai jabatannya sebagai presiden dipulihkan.

Kendatipun sebagian besar unjuk rasa itu damai, protes pro-Moursi menyebabkan terjadi bentrokan-bentrokan berdarah, dengan lebih dari 100 orang tewaqs kata satu data AFP.

Dalam satu pertumpahan darah, setidaknya 53 orang tewas, sebagian besar pendukung Moursi dalam bentrokan dengan tentara di luar barak militer elit tempat mereka yakin Moursi ditahan di sana.

Ikhwanul Muslimin, organisasi Moursi berasal, mengatakan akan mempertahankan aksinya hingga Moursi dikembalikan, yang ditahan tentara di tempat tidak diketahui sejak dia digulingkan setelah setahun menjabat sebagai presiden Mesir pertama hasil pemilu.

"Para pemimpin kudeta militer terus meneror pengunjuk rasa damai di Mesir," kata Partai Keadilan dan Kebebasan sayap politik Ikhwanul Muslimin dalam sebuah pernyataannya.

Keluarga Moursi mengatakan pada Senin akan menuntut tentara karena menahannya tanpa tuduhan. Amerika Serikat, yang memberikan bantuan militer kepada Mesir senilai 1,3 miliar dolar AS setahun, telah menyerukan agar Moursi dibebaskan dan mengakhiri "semua penangkapan dan penahanan yang dipolitisasi".

Beberapa penduduk setempat dekat area utama unjuk rasa di Kota Nasr telah mengajukan keluhan kepada jaksa penuntut umum untuk melarang unjuk rasa.

Sumber keamanan mengatakan pada Selasa pengadilan diharapkan memutuskan kasus dengan segera "untuk memberikan tentara landasan hukum untuk mengakhiri protes".

Front Keselamatan Nasional (NSF), sebuah alinsi liberal dan partai kiri yang mendukung penggulingan Moursi, mengutuk apa yang digambarkan sebagai serangan Ikhwanul Muslimin kepada pemerotes dalam tiga minggu terakhir.

Dalam bentrokan semalam secara terpisah, seorang warga sipil dan seorang polisi tewas dalam wilayah tanpa hukum Sinai Utara, dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza Palestina, Islam garis keras telah meningkatkan serangan kepada pasukan keamanan.

Sebuah kekosongan keamanan setelah bentrokan tahun 2011 yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak mengakibatkan gelombang serangan di Sinai Utara. Setidaknya 20 orang telah terbunuh di kekerasan militan sejak Moursi digulingkan pada 3 Juli.


Penerjemah: Mohamad Anthoni

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013