prospek dari perang yang belum berakhir dan bahkan mungkin akan melebar dan menimbulkan tekanan proteksionisme dan melemahkan perdagangan global
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pihaknya terus mewaspadai ketidakpastian perekonomian global terutama antara lain karena perang Ukraina-Rusia dan Israel dengan Palestina yang tampaknya belum akan berakhir.

Konflik geopolitik tersebut membuat pertumbuhan ekonomi berpotensi melemah dan inflasi menjadi lebih tinggi.

"Sentimen global juga akan dipengaruhi (oleh konflik). Ini akan menimbulkan volatilitas di sektor keuangan dan prospek dari perang yang belum berakhir dan bahkan mungkin akan melebar dan menimbulkan tekanan proteksionisme dan melemahkan perdagangan global," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat.

Sementara itu, di negara maju seperti Amerika Serikat (AS), inflasi masih di atas target pemerintah dan suku bunga acuan bank sentral AS yang tinggi diperkirakan akan bertahan cukup lama.

Meskipun demikian, bank sentral AS menunjukkan bahwa tingkat suku bunganya sudah berada pada titik tertinggi.

Kebijakan fiskal AS masih mengalami tekanan tinggi dengan simpanan dari masyarakat berpotensi tergerus inflasi.

"Dan, ini akan membayangi prospek pelemahan ekonomi AS, meskipun sedikit kabar baiknya, AS cukup optimistis tidak akan mengalami resesi seperti yang dikhawatirkan untuk perekonomian Amerika pada tahun yang lalu," kata Sri Mulyani.

Di sisi lain, negara mitra dagang utama Indonesia yakni China, juga masih bergulat dengan pelemahan aktivitas ekonomi karena krisis sektor properti, jumlah masyarakat usia tua yang terus bertambah, dan jumlah pengangguran masyarakat berusia muda yang tinggi.

Kemudian, di Eropa, perekonomian negara-negara di benua itu sudah melemah cukup tajam, seperti di Jerman dan Inggris yang sempat mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi.

"Defisit fiskalnya tinggi, inflasinya terutama core inflation juga masih tinggi, ini yang menyebabkan Eropa mengalami kondisi tekanan suku bunga yang belum menunjukkan tanda-tanda sudah pada titik puncaknya," papar Menkeu.

Baca juga: Menkeu sebut pembiayaan untuk APBN turun 36,6 persen di Desember 2023
Baca juga: Menkeu: Penerimaan pajak lampaui target APBN capai Rp1.739,84 triliun
Baca juga: Menkeu: Ekonomi RI harus tumbuh hingga 7 persen untuk jadi negara maju


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023