Washington (ANTARA) - Amerika Serikat pada Jumat mengatakan bahwa mereka tidak memiliki petunjuk apa pun bahwa Israel dengan sengaja menargetkan jurnalis di Jalur Gaza menyusul kematian seorang jurnalis yang terbunuh dalam serangan Israel.

Juru kamera Al Jazeera Samer Abudaqa, ayah dari empat anak, terbunuh di Khan Younis, Gaza selatan, setelah pesawat-pesawat nirawak Israel menembakkan rudal ke sebuah sekolah yang menjadi tempat pengungsian, lapor media yang berbasis di Qatar itu.

Abudaqa terluka dalam serangan itu, kemudian meninggal kehabisan darah ketika pasukan Israel mencegah ambulans dan petugas kesehatan memberikan pertolongan pertama kepadanya, lanjutnya.

“Kami masih belum mempunyai petunjuk apa pun bahwa mereka sengaja menargetkan para jurnalis,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan.

“Dalam konflik dinamis yang sedang berlangsung seperti ini, kami tidak akan menjadikan diri kami sendiri sebagai hakim dan juri atas setiap serangan udara dan setiap peristiwa yang terjadi di medan perang,” tambahnya.

Kirby menyatakan bahwa para pejabat AS terus menekan Israel untuk melancarkan serangan mereka di Gaza secara hati-hati dan tepat sasaran.

“Jurnalis harus bisa bebas meliput konflik di seluruh dunia,” katanya, menambahkan bahwa serangan apa pun terhadap jurnalis tak dapat diterima.

Puluhan jurnalis Palestina terbunuh di Gaza sejak perang antara Hamas dan Israel pecah lebih dari dua bulan lalu, menurut Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ).

Berdasarkan penghitungan CPJ, jumlah jurnalis yang meninggal dunia mencapai 57 orang, dan menyebut para jurnalis di Gaza memiliki risiko yang sangat tinggi dalam melaksanakan tugas mereka.

“CPJ menekankan bahwa jurnalis adalah warga sipil yang melakukan pekerjaan penting selama masa krisis dan tidak boleh menjadi sasaran pihak-pihak yang bertikai,” kata Sherif Mansour, koordinator program CPJ di Timur Tengah dan Afrika Utara.

“Jurnalis di seluruh kawasan ini melakukan pengorbanan besar untuk meliput konflik yang memilukan ini. Masyarakat di Gaza, khususnya, telah menanggung dan terus menanggung kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menghadapi ancaman yang sangat besar,” ujar Mansour.

Koresponden Al Jazeera Wael Dahdouh, yang keluarganya terbunuh oleh serangan udara Israel, sedang dalam perjalanan bersama Abudaqa ketika mereka diserang.

Dahdouh mengatakan mereka sedang pergi bersama tim penyelamat yang berusaha mencapai sebuah rumah yang dibom dengan harapan bisa menyelamatkan korban yang selamat.

Setidaknya 18.787 warga Palestina terbunuh, sekitar dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak, dan 50.897 orang terluka selama perang yang berlangsung lebih dari dua bulan tersebut, menurut angka resmi dari otoritas kesehatan Gaza.

Ketika ditanya kapan AS memperkirakan Israel akan menurunkan eskalasi konflik menuju intensitas yang lebih rendah di Gaza, Kirby mengatakan bahwa Washington "tidak sedang mendikte persyaratan kepada Israel".

Namun, dia mengatakan bahwa Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan telah berdiskusi dengan para pejabat Israel pada pekan ini, dan mengatakan Israel berencana melakukan perubahan pada operasi militer mereka di Gaza.

Baca juga: Situasi terkini Gaza, jurnalis Palestina diserang, keluarganya dibunuh
Baca juga: Pekerja media di Malaysia serukan perlindungan bagi jurnalis di Gaza
Baca juga: RSF desak ICC selidiki kejahatan perang terhadap jurnalis di Gaza


Sumber: Anadolu

Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023