Tripoli (ANTARA News) - Orang-orang bersenjata Jumat membunuh seorang pengacara yang juga aktivis politik terkenal Libya di kota wilayah timur, Benghazi, kata seorang pejabat keamanan dan penduduk.

Pembunuhan aktivis itu tampaknya merupakan yang pertama kali terjadi di kota itu karena biasanya aparat keamanan yang menjadi sasaran serangan.

Pengacara Abdelsalam al-Mosmary dibunuh setelah ia meninggalkan sebuah masjid menuju rumahnya.

"Ia meninggalkan masjid setelah sholat Jumat ketika ia ditembak," kata juru bicara keamanan Benghazi, Mohammed al-Hijazy. "Tampaknya serangan itu dilakukan oleh penembak jitu karena ia tertembak di jantung."

Mosmary, yang biasa muncul di televisi, menyuarakan ketidakpuasannya atas keberadaan milisi bersenjata di jalan-jalan di Libya serta penentangannya terhadap Ikhwanul Muslimin.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, ini yang pertama di Benghazi," kata Kais al-Bakshishi, seorang aktivis politik.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada 20 Oktober 2011.

NTC, yang memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Gaddafi, mendeklarasikan "pembebasan" Libya tiga hari setelah penangkapan dan pembunuhan orang kuat itu pada 20 Oktober.

Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak dan melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Gaddafi.

Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu, termasuk serangan mematikan pada September terhadap Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Chris Stevens dan tiga warga lain Amerika, demikian Reuters.

(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013