Budidaya terbaik dalam satu hektare itu produktivitas bisa mencapai 40 ton, di Indonesia dengan luas 247 hektare cuma 0,6 ton per hektare
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebutkan rendahnya produksi nasional udang lantaran pembudidayaan masih menggunakan metode tradisional.

“Cara budidaya kita masih sangat tradisional. Budidaya terbaik dalam satu hektare itu produktivitas bisa mencapai 40 ton, di Indonesia dengan luas 247 hektare cuma 0,6 ton per hektare, artinya 1 ton hektare pun tidak tercapai. Karena apa? karena caranya terlalu tradisional,” kata Menteri Trenggono saat memberikan sambutan pada Pertemuan Nasional Perikanan Budi Daya Berbasis Ekonomi Biru di Jakarta, Senin.

Menteri Trenggono menyampaikan budidaya udang modern telah diterapkan di sejumlah negara seperti China. Perusahaan bernama Evergreen tersebut mampu menghasilkan udang hingga 220 ribu ton dengan omzet mencapai 4 miliar dolar AS atau setara Rp60 triliun per tahun.

Begitu juga dengan petambak udang di Vietnam yang produktivitasnya mencapai 80-100 ton per hektare berkat penggunaan teknologi modern.

Sedangkan di Indonesia, lanjutnya, petambak udang belum ketat dalam penggunaan indikator untuk menghasilkan udang berkualitas. Salah satunya adalah kualitas air yang masih rendah.

“Jadi dia bikin tambak udang ngambil air dari laut, dikasih makan, terus dibersihkan kotorannya dibuang ke laut sana, ambil air laut lagi. Artinya apa? Yang tadi kotoran itu mengandung bakteri dibuang ke laut itu masuk lagi ke dalam,” ucapnya.

Baca juga: Menteri Trenggono ungkap produksi udang nasional capai 1,09 juta ton

Baca juga: Menteri Trenggono minta pemda riset pakan perikanan budidaya


Menanggapi kendala pada kualitas air tersebut, Trenggono meminta kepala dinas untuk mencontoh pengelolaan air di Kebumen, Jawa Tengah.

Ia menuturkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kebumen tidak langsung mengalirkan air dari Instalasi Pengolahan Air Lambah (IPAL) ke laut, melainkan mengelola air terlebih dahulu dan memastikan bebas dari bakteri yang merusak lingkungan, sebelum akhirnya dialirkan ke laut.

“IPAL dikumpulkan, air bersihnya dikeluarkan, dan dipastikan itu bisa ditanami ikan, dan ikan bisa hidup di air bersih itu baru boleh dialirkan ke laut karena dipastikan bebas bakteri. Itu caranya harus seperti itu,” tuturnya.

Kemudian untuk membangun budidaya udang yang terintegrasi, KKP melalui unit pelaksana teknis yakni Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya Karawang telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Evergreen Group.

Kerja sama tersebut bertujuan meningkatkan produksi nasional sekaligus memperluas jangkauan pasar udang asal Indonesia. Termasuk mendukung program ekonomi biru yang menekankan pada perikanan berkelanjutan.

Kerja sama mencakup transfer teknologi, keterampilan dan pengetahuan berbasis budi daya udang terintegrasi, pengembangan kualitas sumber daya manusia, hingga promosi dan investasi pengembangan budidaya udang terintegrasi.

Baca juga: KKP gandeng perusahaan China bangun budi daya udang terintegrasi

Baca juga: Bappenas: Perlu akselerasi pengembangan tambak guna capai target RPJMN


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023