Islamabad (ANTARA) - Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan yang berada di dalam penjara menggunakan suara yang dihasilkan kecerdasan buatan (AI) untuk berbicara kepada para pendukungnya.

Suara buatan itu, yang diperdengarkan bersama foto Khan dalam rapat umum partai Pakistan Tehreek-e-Insaf, mendapatkan lebih dari 1,4 juta tayangan di YouTube dan siaran langsungnya di media sosial lain diikuti oleh puluhan ribu orang.

"Partai kita tidak diizinkan menggelar rapat umum," kata Khan dalam pidatonya.

Dia mendesak para pendukungnya untuk meraih suara besar pada pemilihan umum pada 8 Februari.

"Orang-orang kita diculik dan keluarga mereka diintimidasi," kata dia.

Namun, gangguan teknis selama siaran langsung memicu kekhawatiran soal transparansi dalam pemilu tersebut.

Pengguna di Pakistan mengeluhkan internet yang lambat dan throttling, teknik yang digunakan regulator telekomunikasi untuk membatasi kecepatan akses di berbagai aplikasi.

Regulator telekomunikasi Pakistan mengaku sedang menyelidiki gangguan itu. Namun, mereka mengatakan bahwa aksesibilitas internet secara keseluruhan tampak normal.

Suara Khan dalam pidato itu dibuat dari tulisan yang telah disetujuinya dari penjara, kata para pejabat partai.

Acara itu digelar karena ada larangan pertemuan secara fisik dan para pejabat partai menghadapi pemblokiran media.

Murtaza Solangi, menteri informasi pemerintah sementara Pakistan, tidak menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar.

Dia ditugaskan untuk mengawasi pemilu dan dicurigai mendukung lawan-lawan Khan.

Khan menjalani hukuman tiga tahun penjara sejak 5 Agustus atas tuduhan korupsi. Dia menghadapi puluhan kasus hukum, beberapa di antaranya disidangkan secara tertutup di penjara.

Para ahli hukum menilai tindakan itu melanggar hak mendapatkan persidangan secara adil.

Krisis politik menjerat bintang kriket berusia 71 tahun itu sejak digulingkan tahun lalu dalam pemungutan suara untuk mosi tidak percaya di parlemen.

Penindasan terhadap partainya terjadi setelah para pendukungnya menyerang markas militer pada Mei untuk memprotes penangkapannya.

Khan memenangi pemilu terakhir Pakistan pada 2018, yang dinilai oleh lawan-lawannya karena dukungan militer.

Militer sering berperan besar dalam membentuk dan menghancurkan pemerintahan di Pakistan. Khan juga menyalahkan militer atas penggulingannya, setelah dia berselisih dengan para jenderal soal penunjukan kepala dinas rahasia Pakistan. Namun pihak militer membantah mendukung atau melengserkannya.

Sumber: Reuters
Baca juga: Polisi tangkap Imran Khan setelah divonis tiga tahun penjara
Baca juga: Pakistan pertimbangkan larang partai mantan PM Imran Khan
Baca juga: Kepolisian Pakistan akan geledah rumah mantan PM Imran Khan di Lahore

 

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023