Unusa harus memiliki kekhasan, bukan sembarang lulusan yang dicetak, yakni lulusan yang memiliki karakter yang kuat berbasis dalam bidang keagamaan maupun kewirausahaan, lulusan yang memiliki tradisi kesantunan sosial, dan lulusan dengan jiwa pengabd
Surabaya (ANTARA News) - Mendikbud Mohammad Nuh, Menteri BUMN Dahlan Iskan, dan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chaerul Tanjung mendukung berdirinya Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) saat peresmian perguruan tinggi itu di kompleks Rumah Sakit Islam Surabaya (RSIS), Sabtu petang.

Pada peresmian yang ditandai dengan penyerahan SK pendirian dari Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Djoko Santoso kepada Rektor Unusa Prof Rochmad Romdoni dan "ground breaking" kampus itu, Mendikbud M Nuh mengapresiasi atas terobosan Yayasan RSIS dengan mendirikan Unusa.

"Unusa harus memiliki kekhasan, bukan sembarang lulusan yang dicetak, yakni lulusan yang memiliki karakter yang kuat berbasis dalam bidang keagamaan maupun kewirausahaan, lulusan yang memiliki tradisi kesantunan sosial, dan lulusan dengan jiwa pengabdian dengan kepekaan sosial dan keramahan sosial," katanya.

Sementara itu, Menteri BUMN Dahlan Iskan menegaskan bahwa dirinya mendukung Unusa, namun dirinya tidak akan membantu secara langsung, karena Kemendikbud saat ini sudah memiliki dana yang besar untuk urusan pendidikan, karena itu dirinya akan membantu pendidikan pada pesantren salaf.

"Karena Pak Nuh (Mendikbud) sudah memiliki dana besar, maka CSR BUMN tidak akan langsung diarahkan ke pendidikan secara umum, tapi saya sebagai alumni pesantren salaf akan membantu pesantren-pesantren salaf untuk membangun peternakan komunal. Saya sengaja tidak membantu uang, karena hal itu akan merusak kemandirian pesantren," katanya.

Dukungan juga disampaikan Ketua Ekonomi Nasional (KEN) Chaerul Tanjung. "Saya diminta Pak Nuh untuk mendukung pendirian Unusa dan saya mau, karena umat Islam di Indonesia itu mayoritas, tapi di bidang ekonomi masih kalah," katanya.

Menurut dia, kekalahan umat Islam dalam menguasai ekonomi itu, karena kualitas sumberdaya manusia yang kalah pintar, ulet, kerja keras, rajin, kalah dalam semangat pantang menyerah. "Karena itu, kalau ingin umat kita maju, tentu kualitas sumberdaya manusia harus diperbaiki," katanya.

Oleh karena itu, dirinya mendukung Unusa. "Saya mendukung Unusa agar sumberdaya manusia NU memiliki keunggulan dan akhirnya mampu bersaing dengan yang lain untuk merebut potensi ekonomi yang ada," katanya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan Unusa merupakan universitas ke-sembilan milik NU selama dua tahun kepemimpinannya di PBNU.

"Ada yang dari nol seperti universitas NU di Cirebon, ada yang dari STAI menjadi universitas NU, ada pula yang dari sekolah tinggi menjadi universitas NU seperti STIKES yang menjadi Unusa ini," katanya.

Dalam laporannya, Rektor Unusa Prof Rochmad Romdoni menegaskan bahwa Unusa dikelola sebagai unit usaha Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YaRSIS). Sebelumnya, yayasan itu sudah mengelola RSI di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Jemursari Surabaya.

"Dulu, PCNU dan PC Muslimat NU Surabaya mendirikan sekolah perawat kesehatan pada tahun 1979, lalu pada 1985 ada akademi perawat (akper) dan akhirnya ada akademi kebidanan (Akbid) pada tahun 1997, kemudian Akper dan Akbid dimerger menjadi Stikes pada tahun 2006 yang memiliki S1 kebidanan dan keperawatan," katanya.

Tahun 2012, keberadaan Stikes Yarsis dikembangkan menjadi Unusa. "Rintisan itu membuahkan hasil dan tahun ini resmi mendapatkan SK Ditjen Dikti sebagai Unusa yang ditandai dengan `ground breaking`. Akan ada tower 9 lantai," katanya.
(E011/M026)

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013