Jakarta (ANTARA) - Co-Captain Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Sudirman Said, menyatakan pihaknya menghormati kemandirian organisasi yang ingin menjaga netralitas dalam Pemilu 2024, seperti Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA).

"Persyarikatan Muhammadiyah punya sejarah panjang dengan jaringan amal usaha yang sangat luas, termasuk ratusan perguruan tinggi," kata Sudirman Said dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Sudirman menambahkan bahwa penjelasan itu terkait dengan sikap Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang keberatan ketika salah satu anggota Timnas AMIN menyatakan bahwa 72 PTMA akan bergerak menjadi saksi mengawal suara pasangan calon AMIN di Pilpres 2024.

Menurut dia, dalam proses pemilu pasti ada interaksi antara pribadi-pribadi dari organisasi mana pun, termasuk Muhammadiyah. Interaksi itu tentu saja telah menghadirkan antusiasme dari kalangan Timnas AMIN, lanjut Sudirman, sehingga antusiasme itu terbawa dalam forum publik.

Baca juga: Garda Matahari targetkan 80 persen suara Muhammadiyah untuk AMIN

"Perkenankan kami memohon maaf bila ada kesan seolah-olah kalangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah akan memihak salah satu pasangan calon dalam pilpres ini," ujar Sudirman.

Dia menambahkan Timnas AMIN menaruh hormat sepenuhnya terhadap sikap "imparsial" Persyarikatan Muhammadiyah, beserta seluruh unit amal usahanya.

Pasalnya, kata Sudirman, Muhammadiyah merupakan aset bangsa yang harus mempertahankan kemandirian dan menjaga jarak kepada semua kekuatan politik.

Baca juga: Anies dan Muhaimin hadiri silaturahmi nasional garda matahari

Sebelumnya, Ketua Bidang Pendidikan, Seni, Budaya, dan Olahraga PP Muhammadiyah Irwan Akib menegaskan Muhammadiyah tidak terlibat urusan politik praktis.

PTMA merupakan amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah dan kebijakan PTMA harus sejalan dengan Muhammadiyah, termasuk masalah politik praktis.

"PP Muhammadiyah menegaskan PTMA tak terlibat urusan politik praktis," kata Irwan Akib.

Baca juga: Ketum MUI minta kata "Amin" dalam shalat tidak dipolitisasi

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023