Inflasi sekarang memang tinggi karena adanya kenaikan harga BBM bersubsidi, itu dampaknya temporary (sementara) tahun depan sudah kembali lagi ke 4,5 persen plus minus satu persen bahkan 4,3 persen,"
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia optimistis inflasi pada 2014 akan berkisar di angka 4,5 persen plus minus satu persen, bahkan hingga menyentuh angka 4,3 persen.

"Inflasi sekarang memang tinggi karena adanya kenaikan harga BBM bersubsidi, itu dampaknya temporary (sementara) tahun depan sudah kembali lagi ke 4,5 persen plus minus satu persen bahkan 4,3 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Jakarta, Selasa.

Agus mengimbau untuk mencapai inflasi pada kisaran 4,5 persen, pemerintah perlu memperhatikan aspek neraca pembayaran dengan meningkatkan ekspor.

"Nilai tukar terdepresiasi karena aspek neraca pembayaran. Neraca pembayaran ini yang mesti kita koordinir bersama-sama. Area yang mesti kita tingkatkan bagaimana ekspor meningkat," katanya.

Kedua, dia menjelaskan, aspek perburuhan juga perlu diperhatikan terkait undang-undang.

Selain itu, dia juga mengimbau pemerintah untuk mengalokasikan anggaran ke sektor infrastuktur, mempermudah perizinan dan reformasi birokrasi.

"Area-area itu akan sangat membantu kualitas ekonomi dan kualitas neraca pembayaran," katanya.

Agus juga mengimbau adanya pengendalian impor yang saat ini masih besar, terutama impor BBM yang diperkirakan bisa mencapai 37 miliar dolar AS hingga akhir 2013, sementara impor BBM pada 2011 masih di bawah 35 miliar dolar AS dan pada 2012 di angka 30 miliar dolar AS.

"Kalau tidak hati-hati impornya bisa sampai 37 miliar dolar AS," katanya.

Menurut dia, besarnya impor BBM ini salah satu yang menghambat neraca transaksi berjalan meskipun neraca perdagangan masih bisa terjaga karena defisit neraca transaksi berjalan di bawah tiga persen dari produk domestik bruto (PDB).

"Perlu disimak karena impornya besar. Kalau kita lihat, importasi meningkat karena memang banyak harga komoditi yang turun," katanya.

BI pada Juli 2013 telah mengoreksi pertumbuhan ekonomi nasional yang akan berada di kisaran 5,8--6,5 persen karena dampak ekonomi global, berbeda dengan APBN-P 2013 yang menargetkan 6,3 persen.

"Namun, saya ingin sampaikan bahwa kita sangat hargai upaya pemerintah pusat dan daerah mengatasi itu. Pemerintah tetap mau inflasi di 7,2 persen. Saya lihat koordinasi yang cukup baik," katanya.
(J010/R010)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013