Jakarta (ANTARA News) - Satu publikasi ilmiah yang disiarkan jurnal Science and the Proceedings of the National Academy of Sciences, menyebutkan sekitar 9 persen hewan mamalia hidup berpasangan secara monogamis.

Sedangkan pada hewan jenis primata, sekitar 25 persen adalah spesies-spesies yang monogamis secara sosial, kata Christopher Opie, peneliti antropologi pada University College London, seperti dikutip science daily.com.

Beberapa dari primata itu, seperti siamang, sangat monogamis, sedangkan yang lain seperti simpanse kurang monogamis.

Opie meneliti data mengenai bagaimana prilaku 230 spesies primata, lalu memetakan rantai evolusi primata-primata itu.

Kemudian, dengan menggunakan lebih dari 10.000 pemodelan komputasi dan menghitung sistem probabilitas matematika yang sama seperti dipakai pakar statistik Nate Silver, Opie menghasilkan urutan waktu mengenai kapan sifat-sifat tertentu berkembang.

Hasilnya, sebelum semua sifat sosial yang diasosiasikan dengan monogami muncul, Opie mendapati indikator tingginya angka pembunuhan bayi primata oleh  pejantan. Dalam primata, situasi ini menciptakan monogami atau kehidupan berpasangan.

Mengapa itu terjadi? karena primata menyusui bayinya dalam waktu lama, bahkan bertahun-tahun, dan pejantan akan membunuh si bayi jika tidak dijaga pejantan lain yang menjadi ayah si bayi primata.

Namun Tim Clutton-Brock, profesor zoologi yang menulis semua mamalia dalam jurnal Science menyebut temuan Opie itu tak didukung bukti.  Sebaliknya mengatakan betina-betina penyendiri sering muncul sebelum monogami sosial.

Para betina ini menyebar untuk memonopoli makanan seperti buah-buahan berkualitas yang sulit didapatkan.  Dan ini membuat pejantan sulit membuahi si betina.

Para pejantan tak bisa melindungi lebih dari satu betina sehingga mereka menjadi "setia" pada pasangannya dan terjadilah monogami, kata Dieter Lukas dari Universitas Cambridge.

Frans de Waal dari Universitas Emory menilai pemikiran Opie itu menawarkan dukungan kuantitatif untuk teori monogami pada hewan tersebut, namun belum tuntas benar.

Sementara Sue Carter dari Universitas Illinois di Chicago, mempelajari biokimia monogomai pada setiap spesies dengan menetralkan dua hormon. Dan hormon-hormon ini dikaitkan dengan prilaku melindungi yang defensif dari si primata.

Clutton-Brock mengaku mendapatkan fakta bahwa spesies-spesies monogamis punya agak sedikit perbedaan fisik antar gender, demikian science daily.com.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013