Jakarta (ANTARA) - Lantunan ayat suci Al-Quran terdengar samar terbawa angin di tengah siang bolong. Sementara tak jauh dari tempat itu, tampak deretan pepohonan hijau berjajar di salah satu persimpangan jalan "Kota Santri" Gresik, Jawa Timur. 

Tak jauh dari persimpangan jalan itu, terdapat sebuah gedung bertuliskan Universitas Muhammadiyah Gresik. “Saya Mustiko Mulyo, mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan di sini,” seorang laki-laki memperkenalkan diri.

Sembari duduk di bawah rindangnya pepohonan kampus, Mustiko yang merupakan lulusan program studi (prodi) matematika di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ini mulai bercerita tentang mimpi masa kecilnya yang mulia.

Mustiko yang terlahir dari seorang ibu berprofesi guru ternyata mampu membentuk tekadnya untuk turut menjadi guru. Ia bercerita, sang ibunda merupakan sosok guru yang hangat dan dekat dengan murid-muridnya.

Pribadi ibunda yang hangat juga ia temui saat Mustiko masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kala itu, guru favorit tersebut berperan besar dalam membentuk kecintaan Mustiko terhadap dunia matematika.

Melalui cara yang sederhana sang guru favorit itu mengajarkan menulis angka lima dengan huruf s ternyata memberi kesan sepanjang masa bagi Mustiko. Akhirnya ia mengambil jurusan matematika untuk jenjang strata satu.

Kesan membekas tentang peran guru tak berhenti hanya sampai di SD. Ketika Mustiko bersekolah di SMPN 1 Taman Sidoarjo, ia bertemu seorang guru bernama Nur Cholis. Di sini adalah titik Mustiko semakin bertekad menjadi seorang guru.

Tekad itu tercipta lantaran guru tersebut mengajarkan hal-hal dasar yang sederhana namun menurut Mustiko sangat penting untuk diterapkan kepada para siswa yakni mengenai kedisiplinan.

Nur Cholis melalui caranya yang mudah dipahami, mengajarkan kedisiplinan dengan hanya dimulai dari membiasakan para murid untuk wajib berada dalam kondisi tertib saat di dalam kelas.

Langkah-langkah sederhana yang ditempuh oleh para guru Mustiko membuat dirinya tersentuh dan memiliki panggilan hati untuk meneruskan jejak sang ibu menjadi seorang guru.

Ia ingin turut berkontribusi menyebarkan hal-hal baik dengan cara yang sederhana kepada banyak generasi muda agar mereka bisa menjadi pribadi yang baik bagi bangsa Indonesia.

PPG Prajabatan

Selepas selesai menempuh sarjana, Mustiko ingin menyatukan impian kecilnya yaitu menjadi guru matematika. Dua hal yang sangat ia senangi, menjadi seorang guru dan matematika.

Ia pun mengajar sebagai guru honorer di SMK Kemala Bhayangkari di Sidoarjo, Jawa Timur. Di sana Mustiko berupaya mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya. Mengamalkan pelajaran yang telah ia dapat selama bersekolah.

Tak mudah berpuas diri, Mustiko merasa bahwa profesinya sebagai guru menuntut untuk terus mengembangkan dan memperbarui ilmunya. Hal ini yang akhirnya membuat ia mengambil keputusan untuk mengambil Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan.

PPG Prajabatan sendiri adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Nonkependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai standar pendidikan nasional.

Mustiko berhasil dinyatakan lulus seleksi dan ditetapkan sebagai mahasiswa PPG Prajabatan sehingga ia memperoleh beasiswa selama satu tahun berkuliah di Universitas Muhammadiyah Gresik.

Selama pendidikan, Mustiko berupaya penuh mengejar cita-citanya. Ia mengumpulkan banyak pengalaman hingga rela melepas statusnya sebagai guru honorer lantaran jarak sekolah tempat mengajar dengan kampus yang cukup jauh.

Mustiko membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dan konsentrasi. Sementara untuk biaya keseharian ditopangnya dari lembaga bimbingan belajar yang telah ia rintis sejak berkuliah dahulu.

Patut berbangga ketika jerih upayanya selama mengikuti PPG Prajabatan telah selesai dan dinyatakan lulus. Ia pun langsung mendaftar seleksi penerimaan guru Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK).

Meski program PPG Prajabatan tidak memberikan janji menjadi guru ASN, namun bagi Mustiko ketika peluang itu ada maka ia sudah ada di barisan paling depan yang siap dengan segudang pengalaman mengajar.

Pengalaman baru

Tak dipungkiri, Mustiko mengalami banyak tantangan selama mengikuti program PPG Prajabatan, terutama ketika ia harus menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Jarak tempuh yang jauh menjadi faktor utamanya.

Ia harus menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer mengendarai sepeda motor setiap hari selama PPL. Berangkat dari rumah di Sidoarjo, menuju kampus di Gresik, kemudian melanjutkan PPL di Sedayu.

SMKN 1 Sedayu sebagai tempat PPL ternyata turut memberi pengalaman tersendiri. Meski Mustiko memiliki pengalaman mengajar sebagai guru honorer di SMK sebelumnya, ia mengaku kondisi yang dihadapi saat PPL sangat berbeda.

Kesulitan sempat dihadapi ketika ternyata matematika menjadi pelajaran yang tidak diminati oleh para siswa di tempatnya menjalani PPL. Siswa yang tidur setiap Mustiko masuk kelas menjadi pemandangan yang biasa.

Meski demikian, Mustiko bukan marah, tapi  ia justru mengajak diskusi siswa-siswi dari hati ke hati. Hal ini ia tempuh karena teringat kepada sosok-sosok guru favorit ketika duduk di bangku SD dan SMP dulu.

Mustiko ingin mengetahui lebih dekat tentang pandangan para siswa terhadap matematika. Dari cara itulah ia memahami bahwa mereka sangat takut dengan guru matematika sebelumnya.

Selain itu, matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit, terlebih bagi siswa SMK yang lebih menyukai praktik dibandingkan teori. Akhirnya Mustiko menyesuaikan cara mengajarnya sesuai dengan keinginan para siswa.

Pada umumnya belajar matematika di dalam kelas, mereka justru melaksanakan pembelajaran di luar kelas. Kegiatan luar kelas disesuaikan dengan tema matematika yang sedang dipelajari sehingga menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami.

Tak hanya model mengajar, program PPG Prajabatan juga mengajarkan mengenai kepemimpinan. Selama berkuliah terdapat mata kuliah kepimpinan yang menugaskan para mahasiswa untuk menjalankan program kerja dengan komunitas.

Mustiko pun mencari komunitas yang ada di sekitar Universitas Muhammadiyah Gresik hingga ia menemukan Omah Dhuafa yang berfokus pada pemberdayaan anak jalanan.

Ia dan komunitas tersebut berkolaborasi untuk menyelenggarakan festival pembelajaran matematika bagi anak-anak jalanan ini. Menurut Mustiko, mereka harus memiliki kesempatan yang sama dengan anak lain dalam memperoleh akses pendidikan.

Omah Dhuafa bersama Mustiko menciptakan model pembelajaran matematika yang menyenangkan seperti dilakukan melalui permainan, menonton video, hingga motivasi-motivasi sehingga anak-anak jalanan bisa menerima ilmu dengan baik.

Lompatan besar

Dari berbagai pengalaman baru yang didapat, Mustiko berpikir mengikuti program PPG Prajabatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merupakan sebuah lompatan besar.

Lompatan besar untuk menjadi lebih baik dari sisi kompetensi pedagogik, profesionalisme, hingga aspek sosial. Mustiko semakin dekat dengan cita-cita kecilnya yaitu menyebarkan ilmu dan kebaikan kepada lebih banyak orang.

Ia percaya dengan pengalaman mengajar yang lebih bervariasi serta pola mengasuh para siswa yang lebih baik melalui program PPG Prajabatan akan semakin mampu menciptakan generasi unggul.

Terlebih, saat ini menjadi guru tidak hanya bisa ditempuh oleh para mahasiswa jurusan pendidikan saja. Pemerintah memberikan kesempatan yang sama termasuk bagi mahasiswa bidang murni untuk bisa menjadi seorang guru.

Mengikuti program PPG Prajabatan akan memberi mereka pengalaman luar biasa terkait dunia mengajar. Kesempatan yang sangat besar untuk bisa berkontribusi membentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas di tengah bonus demografi demi Indonesia Maju.

“Mari teman-teman generasi muda, kita menjadi guru profesional. Yuk jadi guru melalui PPG Prajabatan,” ucap Mustiko.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023